Sungguh merupakan hal yang menggembirakan buatku untuk bisa menyambangi perpusda kala itu. Sudah lama aku merencanakan ingin sekedar bertandang, baca-baca atau pinjam buku. Akhirnya kesampaian juga.
Setelah aku mengisi daftar hadir pengunjung perpustakaan secara online, aku langsung segera mendaftarkan diri menjadi anggota. Setelah mendaftar, segera aku touring ke semua rak buku yang ada di sana. Banyak buku terbitan lama, yang baru tak seberapa. Sepertinya, buku-bukunya kurang update. Tapi tak apalah. Baca buku lama bagiku tak ada ruginya.
Satu hal yang menarik perhatianku ketika aku berada di antara rak-rak buku. Tentunya bukan karena banyaknya buku sehingga aku bingung untuk membaca buku apa, tapi lebih ke seorang pengunjung yang tampak aneh di mataku. Mungkin pikiranku saja yang sedang aneh sehingga menganggap hal biasa menjadi aneh.
Adalah seorang bapak bertampang berantakan, tidak necis seperti pengunjung perpustakaan yang lain yang biasanya bersepatu dan tampak intellegent seperti anak-anak kampus atau anak sekolahan. Bapak ini beda di mataku. Memakai kaos agak lusuh, rambut tidak rapi, tas kecil tampak kumal, memakai sandal biasa dan tak tampak seperti seniman juga. Pikiran nakalku mencoba menerka-nerka bahwa profesi dia tidak lebih dari tukang bubur, mie ayam, bakul cilok, atau sales kelilingan. Mungkin dia sedang mengantar jualannya ke petugas perpustakaan yang ada di sana, pikirku. Tapi kenapa dia berada di lorong-lorong rak buku dan terlihat sedang memilih-milih bacaan yang cocok sama sepertiku.
Akhirnya kamipun bersebelahan dan rasa penasaranku berakhir karena tanpa sengaja kami saling memandang dan saling senyum.
“Cari buku apa Pak?” tanyanya padaku memecah kekakuan.
“Ehm, belum tahu nih Pak, lagi lihat-lihat dulu,” jawabku.
“Sering ke sini Pak?” tanyanya lagi.
“Belum. Ini malah baru pertama kali saya ke Perpustakaan ini. Bapak?” aku balik tanya.
“Ya, lumayan. Lumayan sering. Hampir tiap hari.” jawabnya mengagetkanku.
“Oh, Bapak sudah sering ke sini?” Aku tak percaya. Kagum!
Akhirnya kami saling berkenalan. Saling menanyakan alamat dan pekerjaan masing-masing. Dan benar juga. Namanya Mahmudin, seorang sales kelilingan produk snack dan kacang garing. Setiap hari berkeliling kota untuk mengantarkan barang dagangannya ke toko-toko. Saat jam istirahat dia tidak pergi ke warung kopi atau pulang untuk sekedar beristirahat, tapi dia membaca buku. Menurut penuturannya, puluhan buku bahkan mungkin ratusan buku sudah dibacanya, dari sejarah nasional hingga dunia, biografi orang-orang terkenal, buku-buku ilmiah, buku-buku pengetahuan dan masih banyak lagi. Aku sempat menanyakan untuk apa baca buku banyak-banyak. Katanya hanya sekedar untuk cari wawasan dan belajar. Belajar? Aku takjub. Aku kalah telak dan dia luar biasa! Selain untuk dia sendiri, kadang dia juga meminjamkan buku untuk anak-anaknya. Aku cemburu sama Pak Mahmudin. Aku yang berprofesi sebagai guru yang suka menulis dan membaca masih belum sebanding dengan Pak Mahmudin yang sudah membaca ratusan buku dan rajin ke perpustakaan.
Hari itu, aku merasa telah menemukan seseorang yang benar-benar di luar dugaanku. Seorang pedagang kelilingan yang sudah melahap banyak buku untuk menambah wawasan dan belajar. Aku merasa dialah sosok luar biasa yang aku temukan. Dialah The man of the week-ku. Seorang guru seperti aku yang punya sekolahan dan punya anak didik harusnya bisa melakukan lebih dibandingkan Pak Mahmudin. Pak Mahmudin telah melakukan hal yang banyak guru sekolahan tidak lakukan. Dia layak menjadi guru. Guru bagi siapa saja yang mau meniru actionnya. Guru yang memberi tulada atau teladan. Dan, ternyata aku salah menilai orang hari itu. Aku menyesal karena telah berpandangan sempit terhadap penampilan seseorang. Untuk refleksiku hari itu, aku teringat pepatah ini, Don’t judge the book by its cover! Dan untuk actionku, beberapa hari kemudian, aku bawa anak-anakku untuk mengenal perpustakaan daerah itu. Efeknya, anak-anaku ketagihan untuk main dan baca-baca ke perpustakaan. Terimakasih Pak Mahmudin! Kaulah pahlawan literasi keluargaku.
0 comments: