Sabtu, 02 Februari 2019

Menulis Buruk Penting Bagi Pemula

Bagi penulis top atau penulis terkenal, menulis merupakan hal yang biasa tanpa mengorbankan banyak waktu dan pikiran. Mereka mampu menulis dengan teknik serta gaya bahasa yang sudah mengalir di luar kepala. Hal apapun yang dirasakan bisa menjadi guratan-guratan tulisan menarik bagi pembacanya. Lamunan dan khayalan bisa menjadi alur cerita yang menggetarkan. Kejadian kecil di pagi hari bisa menjadi sebuah tulisan keren di sore hari. 
Namun lain halnya dengan penulis pemula. Penulis pemula bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop atau komputernya hanya untuk menuliskan kalimat pertama. Mungkin dibutuhkan menghapus berkali-kali untuk menjadikan satu kalimat utuh di awal paragraph. Bahkan penulis pemula banyak yang patah hati dengan tulisannya sendiri. 

Keraguan dan kegalauan saat menulis sering menjadi hambatan bagi penulis pemula untuk menulis. Kadang penulis pemula juga memiliki ambisi besar untuk bisa menulis dengan sempurna, namun apa daya kemampuan menulisnya tidak lebih baik dari ambisinya. Akhirnya satupun tulisannya tidak ada yang jadi. Mereka hanya ingin menulis tapi tidak pernah punya tulisan.

Tidak usahlah berambisi menulis bagus. Kata Brili Agung Zaky Pradika, Penulis Buku 'Kitab Penyihir Aksara', menulis buruk itu solusinya. Menulis sajalah tentang apa saja yang ada di kepala. Buatlah target menulis saat sudah di depan laptop maupun komputer. Targetkan setiap berada di depan komputer untuk minimalnya menyelesaikan satu halaman, misalnya. Janganlah berhenti menulis dan membaca apa yang sudah ditulis sebelum tulisan mencapai satu halaman penuh. Jangan menekan tombol backspace untuk menghapus kalimat yang sudah ditulis hanya karena merasa tidak yakin dengan yang sudah dituliskan. Menulislah sampai mencapai target yang sudah ditentukan.
Setelah berhasil satu halaman, jangan lupa simpan tulisan agar tidak kehilangan satu lembar tulisan buruk yang sangat berharga. Tanpa sadar kita telah berhasil menulis satu halaman. Tak usah pedulikan betapa buruknya tulisan yang sudah diciptakan. Menciptakan satu halaman tulisan buruk akan lebih baik daripada berhayal menulis yang baik tetapi tidak pernah punya tulisan.

Bacalah lagi tulisan buruk tadi beberapa saat kemudian setelah melupakan apa yang sudah ditulis.  Di sana kita akan memerankan diri menjadi reviewer atau korektor. Menjadi korektor akan lebih mudah mengetahui bagian mana saja yang butuh perbaikan. Kita akan lebih mudah mengenali kesalahan-kesalahan tata bahasa, tanda baca, maupun gaya bahasa yang perlu dipoles. Sebagai korektor tulisan sendiri, kita akan lebih mudah untuk memperbaikinya. Dengan begitu, jadilah sebuah tulisan baru yang mungkin lebih baik dari sebelumnya. Tulisan buruk akan berubah menjadi tulisan bagus ketika kita menuliskannya, bukan menghayalkan untuk menulisnya. Dan yang paling penting juga adalah tentunya banyak membaca tulisan-tulisan orang lain untuk referensi menulis. Learning by doing not imagining.



Previous Post
Next Post

An English teacher of SMA Puhua Purwokerto who wants to share every moment in life.

0 comments: