Setiap awal Mei kita bangsa Indonesia akan selalu mengenang nama besar seseorang yang tidak pernah luput dari ingatan kita yaitu Ki Hajar Dewantara. Sosok tokoh pendidikan nasional asal Yogyakarta ini meninggalkan begitu banyak warisan bagi dunia pendidikan nasional, Kita yang sekarang ini hidup dalam kemerdekaan dan diberikan amanat pendidikan sebaiknya menyadari bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap individu dan begitu pula kita memiliki kewajiban untuk mendidik diantara kita. Sehingga warisan yang ditinggalkan oleh Ki Hajar Dewanatara tidak akan hilang ditelan jaman yang setiap saat akan mengalami perubahan yang tak terhingga cepatnya.
Banyak yang berfikir bahwa seseorang dapat dikatakan mendapat pendidikan ketika mereka sudah pernah mengenyam pendidikan formal dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini nampaknya dapat dibenarkan. Karena tuntutan pendidikan formal ini menjadi penting sebagaimana tadi disampaikan merupakan hak setiap individu untuk dapat berkembang dan menyesuaikan perubahan. Namun tidak semua hal yang berbau pendidikan akan dapat diperoleh di dalam pendidikan formal. Karena masih ada pendidikan lain yang didapatkan dari luar sekolah. Diantaranya yaitu pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat yang tak dapat dikesampingkan peranannya. Bahkan pendidikan keluarga bisa menjadi pilar yang kokoh bagi mutu pendidikan dalam arti luas.
Momen-momen penting dalam masyarakat maupun keluarga hendaknya menjadi sarana untuk belajar. Setiap kejadian yang terjadi di sekitar kita bisa kita jadikan pelajaran dan pendidikan bersama. Banyak kejadian kecil yang tampak tidak penting namun kalau kita mau merenungkan pesan moral dari setiap kejadian tersebut kadang bisa menjadikan hal penting tak terduga yang sangat berguna bagi peningkatan kualitas pendidikan kita.
Mungkin hal kecil yang akan saya kisahkan ini juga bisa menjadi materi pembelajaran berarti bagi keluarga kami dan jika mungkin bagi para pembaca di mana saja. Dimana kita bisa belajar dari kejadian yang belum kita duga sebelumya.
Bagi sebagian orang termasuk saya, binatang piaraan bukan menjadi alternatif kami untuk berbagi kasih terhadap sesama ciptaan Tuhan. Tetapi entah kenapa Tuhan selalu mengirimkan seekor kucing di tengah-tengah keluarga kami. Kadang bisa tiba-tiba ada kucing di depan rumah yang seolah menghiba untuk bisa menjadi anggota keluarga kami. Akhirnya kami pun pungut anak kucing hingga akhirnya beranak-pinak.
Hari itu seekor anak kucing di rumah kami sudah memasuki masa dewasa dan untuk kehamilan pertamanya sudah hampir memasuki saat-saat melahirkan. Saya sudah membayangkan betapa di rumah kami akan berkeliaran anak kucing yang akan mengotori rumah dan sekelilingnya. Anak kucing nantinya akan bertengger di mana saja dan menjadikan rumah kami serasa jijik oleh kehadiran binatang. Dalam kebimbangan kami, sesuatu terjadi. Di atap rumah, terlahirlah seekor anak kucing dari induk yang lain, mungkin kucing liar yang berkeliaran di sekitar perumahan. Seharian anak kucing tersebut mengeong dan induk kucing entah ke mana. Kami sangat kesal dengan suara bayi kucing yang tak berhenti-hentinya mengeong. Lain halnya dengan anak perempuan kami. Mereka merasa bersedih dan menghendaki saya untuk segera menyelamatkan anak kucing tersebut. Awalnya kami kesulitan karena anak kucing tersebut berada di eternit dan susah dijangkau. Akhirnya kami menemukan sedikit celah hingga anak kucing berhasil diturunkan.
Anak perempuanku menangis haru dan segera berusaha menyelamatkannya. Namun kami berfikir kami membutuhkan susu dan botol susu khusus bayi kucing. Kami berusaha kontak ke tetangga belakang rumah, dengan kebaikannya, memberikan botol tersebut. Bayi kucing pun terselamatkan dan diberikan susu seadanya, susu anakku. Besoknya, istriku mencoba meminta bantuan teman yang tinggal di pusat kota untuk membawakan susu formula khusus kucing. Siangnya, dengan kebaikannya pula, dia megantarkan beberapa bungkus susu formula tersebut dan kucing terselamatkan. Alhasil, tangis kucing pun sudah tidak terdengar lagi dan semalaman bayi kucing tersebut dibawa tidur di kamar anakku.
Keesokan harinya lagi, istri saya langsung order online untuk memesan susu kucing untuk persediaan. Bayi kucingpun sudah lebih baik dengan asupan susu kucing, walaupn kadang masih juga mengeong. Selain mengamati keadaan bayi kucing tersebut, kami juga mengamati tingkah si kucing dewasa yang ada di rumah yang sedang hamil tua terebut. Dia nampak gelisah juga mendengar tangis bayi kucing, hingga mondar-mandir ingin memasuki kamar anakku. Kami sempat melarang kucing tersebut untuk masuk karena takut akan menyakiti si bayi kucing. Terus terang kami sempat berprasangka buruk terhadap kucing dewasa tersebut. Namun sesuatu tejadi dan kami semua tak percaya menyaksikan keajaiban ini. Ketika kami mencoba peruntungan membawa bayi kucing tersebut ke Harimau (nama kucing dewasa yang sedang hamil itu), dan mencoba untuk menetekkannya, sungguh di luar dugaan kami bahwa si Harimau begitu sayangnya memberikan air susunya ke bayi kucing tersebut dan si bayi pun menyusunya dengan lahap. Kami semua tak percaya dan anak perempuanku tak tahan untuk membendung air matanya melihat pemandangan ini.
Beberapa saat setelah Harimau menyusui, ternyata sesuatu terjadi lagi. Si Harimau kontraksi dan melahirkan anaknya sendiri. Seekor bayi kucing terlahir dari rahim Si Harimau berwarna putih hitam seperti sapi. Sunguh manis, tapi kami melihat keanehan bahwa si bayi tersebut tampak tidak seaktif anak kucing lain yang baru lahir. Kami mempredikisi dia terlahir prematur sehingga keesokan paginya si bayi yang baru lahir tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir. Kami tidak tahu tindakan kami itu dapat dibenarkan atau tidak, tapi kami hanya mencoba untuk menyelamatkan si bayi kucing yang baru lahir. Sungguh kuasa Tuhan yang luar biasa atas perjuangan Harimau yang merelakan dirinya untuk melahirkan anak sendiri secara prematur dan menyelamatkan anak bayi kucing lain seperti anak sendiri.
Satu hal lagi yang menjadikan kami semakin kagum terhadap Si Harimau, di tengah malam, dia berusaha memindahkan bayi kucing tersebut ke tempat yang menurutnya lebih nyaman. Beberapa kali dia memindahkan dan menyusui bayi kucing dengan lembut dan penuh kasih sayang hingga menidurkan si bayi di pelukannya. Kami tidak membayangkan bila hal ini terjadi sama manusia. Mungkinkah ada manusia sebaik si Harimau, kucing yang telah menyelamatkan bayi kucing lain dan merelakan anaknya sendiri lahir prematur dan mati?
Pelajaran ini sungguh berharga. Ternyata di dunia ini ada hewan yang berperilaku sungguh mulia dan tidak bisa kami terimakan di akal kami. Kami tidak tahu apakah memang instink semua binatang seperti itu atau memang Tuhan sengaja mengirimkan kami seekor binatang agar kami dapat belajar terhadap mahluk ciptaan Tuhan selain manusia. Kalau kucing saja bisa memberikan pelajaran berharga tentang kasih sayang apalagi manusia. Kami harus bisa mengambil pelajaran dari kejadian kecil ini. Bahwa kami harus bisa memperlakukan sesama dengan baik termasuk ciptaan Tuhan yang lain. Maka kami berkesimpulan bahwa belajar dari apa yang kita lihat, alami, dan dari siapa saja termasuk binatang sekalipun.
0 comments: