Bu Lazy Guru Rajin
Bel tanda masuk kelas bergema panjang ke seluruh lorong dan celah yang ada di sekolah. Beberapa guru yang berderet di frontline mulai berbisik, “Winner belum kelihatan! Terlambat lagi dia.” Bu Lazy yang memiliki nama lengkap Lasiatun menggerutu sendiri berharap ada yang mau menanggapi.
“Bu Lazy kok perhatian banget sih sama Winner,” ledek Pak Jon.
“Bukannya kita semua memang perhatian sama dia?” Bu Lazy membela serius.
“Kita? Ibu saja kali.” Pak Jon yang memiliki nama lengkap Sujono ini meledek.
Bu Lazy kejang-kejang sambil memukul pundak Pak Jon.
Tiba-tiba sebuah Alphard hitam mendarat di halaman sekolah. Bu Lazy dan Pak Jon tak luput dengan pandangan matanya ke arah Alphard yang sedang memposisikan diri di tempat parkir siap membongkar muatannya. Tapi yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung turun juga.
“Kebiasaan! Pasti dia belum sisiran, belum pakai sabuk dan belum pakai baju!” Bu Lazy sangat tidak bahagia melihat kejadian ini. Bu Lazy guru BK yang baik. Dia sangat hafal dengan kebiasaan setiap siswanya, baik yang pinter, yang rajin, yang aktif, yang bodoh, yang telatan, yang ortunya perhatian maupun yang cuek. Tak satupun terlewat dari catatan memory Bu Lazy.
“Sudahlah Bu, jangan terlalu ambil pusing dengan anak-anak yang tidak disiplin. Tinggal kasih poin saja kan beres," seru Pak Jon membuat bu Lazy gusar.
“Tak semudah itu Pak Jon. Kita ini kan guru. Soal poin pelanggaran sih memang gampang. Tinggal lihat pelangarannya apa, catat poinnya berapa, diakumulasi, kalau sudah banyak panggil ortu, beres! Tapi kan kita mesti tahu kenapa seorang siswa itu mesti di poin. Kalau bisa ada proses perubahan pada siswa yang seperti itu dari hasil pendidikan kita. Jadi itu yang mesti kita lakukan Pak Jon, tidak hanya kasih poin terus semua beres," papar bu Lazy.
Pak Jon diam, bu Lazy menarik nafas panjang. Alphard itu sudah mulai membongkar muatannya. Terlihat langkah kaki gontai keluar dari mobil itu. Jalannya santai nampak tidak terburu-buru sama sekali. Pak Jon geram sambil melintir-lintirkan jemarinya. Bu Lazy tampak tenang dan bisa lebih menguasai diri.
“Siswa lain kalau terlambat itu wajahnya sangat cemas dan ketakutan. Yang ini nih benar-benar keterlaluan. Seperti tidak ada beban.” Pak Jon geram sambil bergumam. Giginya yang putih rapi gemeretak menyeringai.
Bu Lazy segera bergerak dan menyalami Winner seramah mungkin dan tetap memberikan senyum termanisnya sambil mengarahkan pandangan Winner ke dinding di mana jam dinding sudah menunjukan 15 menit dari bel masuk. Winner tetap tidak mengerti.
“Lihat Winner, sudah lewat 15 menit.” Bu Lazy menoleh ke arah jam.
“Ya sudah, saya suruh ngapain Bu?” jawab Winner tanpa ekspresi.
“Tak ada lagi hukuman buat kamu, Winner. Semua jenis hukuman sudah pernah dihadiahkan buat kamu. Sekarang kamu lihat saja buku catatan pelanggaran kamu. Halamannya sudah hampir habis. Besok orang tua kamu mesti datang ke sekolah, ketemu Ibu dan Kepala Sekolah."
Winner hanya mengangguk dan hendak berbalik ke kelas.
“Tidak, Winner. Hari ini kamu tidak diperkenankan mengikuti pelajaran untuk pelajaran jam pertama. Silahkan kamu belajar sendiri di luar kelas.” Winner menggaruk kepalanya dan mengikuti perintah Bu Lazy tanpa banyak permintaan. Dalam pikirannya panggilan orang tua buat apa? Besok mamahku sudah akan di Singapura. Papahku sekarang sedang di Hongkong.
“Ibu Lazy ini bagaimana sih? Di rumah, Mamah memaksa saya suruh berangkat ke sekolah, di sekolah saya tidak boleh masuk kelas. Terus, siapa yang harus saya ikuti Bu?”
“Sudah, kamu jangan berdebat. Sekarang menurutmu, kamu harus bagaimana?” Bu Lazy bertanya dengan sabar dan tenang.
“Mending saya dipulangkan saja Bu. Saya kan bisa main sama teman–temanku di rumah.” Winner memohon.
“Teman? Memangnya di rumah kamu ada teman? Mereka nggak sekolah? Anak SMA atau SMK?” Bu Lazy mengernyitkan jidatnya sekerut mungkin. Dia khawatir Winner sudah berubah dan bergaul dengan teman-teman yang tidak bener. Ini sangat berbahaya buat Winner.
“Ah, Bu Lazy mau tahu saja.”
“Winner, ini serius! Ibu khawatir kalau kamu salah bergaul di rumah. Di sekolah kamu ga banyak teman. Kamu habiskan waktu di ruang guru ngajak guru main catur sama minta dilayani ngobrol sama debat. Ibu pikir kamu ga punya teman juga di rumah. Sekarang kamu bilang ada teman-temanmu di rumah. Ini bercanda apa serius, Win?” Bu Lazy berbicara serius di depan muka Winner yang sibuk membuka tasnya dan berusaha mencari ponselnya.
“Winner, kamu tidak boleh buka HP sekarang. Sudah jam pelajaran. HP harus kamu titipkan.” Bu Lazy tegas sambil menarik HP Winner dari tangannya.
“Justru saya mau tunjukin ke ibu. Katanya ibu penasaran dengan teman-temanku,” Winner berdalih.
“Maksudmu?”
“Ya, ini saya mau tunjukin foto teman-temanku ke ibu. Dia bukan teman dari sekolah manapun, karena dia cuma ...” Winner menunjukan galery di ponselnya, “Ini lho bu, teman-teman saya...”
Bu Lazy menggelepar nyaris pingsan melihat gambar tiga ekor kucing sedang berkeliaran di kamarnya. Lalu dia menghela nafas cukup panjang untuk menetralisir apa yang ada dalam pikirannya. 'Winner memang anak istimewa!'
0 comments: