Minggu, 06 Maret 2022

Nanti Aku Jadi Pendek


 Setiap orang pasti mempunyai keinginan untuk memiliki sesuatu pada masa-masa tertentu. Begitu pula halnya dengan anak-anak. Dari ketiga anak-anakku waktu itu (sekarang sudah empat), semuanya mempunyai cara yang berbeda ketika mereka menginginkan sesuatu.

Anak pertamaku misalnya, ketika membutuhkan sesuatu dia akan menyampaikannya dengan sangat hati-hati. Pertama, dia akan menyusun kalimat prolog sedemikian rupa sehingga terdengar enak di telinga dan menarik perhatian orang tua. Kedua dia akan menceritakan secara runtut dari faktor kebutuhan untuk apa, budget yang akan dikeluarkan, dan penting tidaknya barang atau keperluan itu sehingga harus mengeluarkan uang cukup banyak dan kapan dia harus mendapatkannya. Atau lebih ke alur sebuah proposal yang harus menggunakan What, When, Why, dan How much.

Lalu anak keduaku, saat dia membutuhkan sesuatu yang kiranya menurut dia penting ataupun tidak penting, dia akan menuntut sesegera mungkin kebutuhan tersebut harus dipenuhi walaupun hasilnya tidak seperti yang dia inginkan. Karena kondisi misalnya keuangan tidak memungkinkan pada akhirnya harus kecewa dan menelan kekecewaannya sendiri.

Ini dia yang ingin aku ceritakan yaitu anak ketiga kami. Ketika itu dia masih di kelas 3 SD.

Suatu hari sepulang sekolah, tiba-tiba dia berkeluh.

“Yah, aku kok takut ya, nanti aku jadi pendek,’’ keluhnya

“Lho kenapa takut?” tanyaku penasaran.

“Soalnya setiap hari aku gendong tas sekolah seberat ini.” katanya lagi.

“Memangnya kalau setiap hari gendong tas berat trus jadi pendek?”

“Iya, saat ini kan tubuhku sedang bertumbuh, sedangkan beban tas di punggungku begitu beratnya. Bukankah nanti menghambat pertumbuhan tubuhku?” dia berargumen.

Aku diam sesaat memikirkan pendapatnya sambil membelokan kendaraan keluar lingkungan sekolah menuju jalan raya. ‘Ada benarnya juga pendapat anak ini.’ 

“Lalu, ayah harus bagaimana, Dek?”

“Ya, gimana ya?” Dia balik bertanya.

“Kok malah bertanya, Adek maunya bagaimana?”

“Adek mau nya pakai, pakai tas yang tidak digendong, yang diseret pakai roda itu lho yang kaya teman-temanku itu Yah”

Aku hening sejenak lagi sambil terus mengendalikan sepeda motorku hingga membentur tanggul jalan perumahan.

”Oh iya bisa juga tuh. Tetapi bukannya mereka sekolahnya naik mobil, jadi tidak masalah kalau bawa tas beroda itu. Kalau Adek pakai motor bagaimana bawanya?” Tanyaku memastikan.

“Ya bisa saja Yah. Kan bisa  di taruh di depan,”

Aku bengong lagi sambil terus membelokan motor ke kanan ke arah jalan perumahan, hampir sampai rumah. 

Mendengar penuturannya, ada dua hal yang aku tangkap di pikiranku. Pertama, dia ingin punya tas baru yang pakai roda dan tinggal seret seperti punya temannya. Kedua, dia memang benar-benar takut jadi pendek gara-gara setiap hari harus menggendong tas berat. Benar atau salah itu tidak terlalu penting.

Namun itu merupakan sebuah pemikiran anak yang realistis. Anak-anak memang lebih terbuka dalam mengungkapkan keinginannya. Untuk bisa memiliki sesuatu seperti yang dimiliki temannya adalah hal yang wajar. Namun anak-anak juga perlu dibukakan pemikirannya kalau keinginannya itu tidak selamanya harus dipenuhi dengan alasan tertentu yang masuk akal. Tetapi setidaknya dia sudah berani berterus terang dan belajar menganalisis serta berpendapat. Mungkin itu hal penting yang aku dapatkan dari peristiwa hari itu. 


Kamis, 03 Maret 2022

REFLEKSI PROFESSIONAL DEVELOPMENT - Guru Menulis Guru Menginspirasi

 Jumat, 25 Februari 2022


Bersyukur hari ini bisa mendapatkan pencerahan dan motivasi untuk kembali menulis setelah sekian lama tangan ini tidak menuangkan coretan di blog karena alasan klasik yaitu tidak mood menulis atau tidak ada ide untuk menulis. Dan hari ini kami telah dibawa ke alam yang memang menjadi passion saya selama ini yaitu kegiatan tulis menulis dalam kegiatan Professional Development bagi seluruh guru dan karyawan Puhua School. 

Narasumber kegiatan kali ini adalah Mr. David Ludiranto. Selain sebagai Kepala Sekolah Secondary of Puhua School beliau juga seorang yang sudah memiliki pengalaman menulis buku dan hari ini beliau telah membagikan berbagai tips menulis dan mengajak para peserta untuk langsung praktik menulis.

Seperti yang sering saya alami bahwa kadang mood dan ide menulis tiba-tiba hilang dan tidak tahu harus menulis apa, sehingga halaman blog lama tidak terisi. Tetapi kata-kata Pramoedya Ananta Toer ini selalu menggugah saya untuk tetap menulis dan ingin terus menerbitkan buku lagi.  “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” 

Untuk mengawali kegiatan ini kami langsung diberi kesempatan untuk praktik menulis beberapa jenis tulisan sehingga tidak terasa menjemukan. Pertama kami diminta untuk mendeskripsikan sebuah gambar dengan tema laut dan senja. Kami dipancing untuk dipaksa menulis dan saya berhasil membuat sebuah deskripsi 90 kata. Kedua kami deberi gambar tokoh 3 penulis terkenal, dan kebetulan saya sangat mengidolakan Andrea Hirata, sang maestro penulis yang go international. Dengan beberapa pengetahuan dan karya-karyanya yang sudah pernah saya baca, saya mampu menulis biografi Andrea Hirata sebanyak 207 kata. Dan yang ketiga, kami diberikan gambar berseri dengan tokok si Kriwil. Dengan pancingan gambar berseri tersebut, saya mampu membuat sebuah cerita pendek dengan jumlah kata 258. Dengan beberapa pancingan menulis tersebut, kami diingatkan bahwa tidak ada alasan untuk tidak menulis karena tidak ada ide untuk menulis. Karena ternyata banyak sekali ide menulis yang bisa kita ambil dari apa yang kita lihat, kita alami, atau kita pikirkan, atau kita rasakan. Sebagai guru tentunya banyak sekali yang bisa kita catat, dan kita tuangkan sebagai bahan tulisan seperti yang disampaikan narasumber dalam menyampaikan materi hari ini. 

Di bagian akhir, kami diberi empat pertanyaan sebagai bahan refleksi yang tentunya sangat mendorong kami sebagai guru untuk dapat berkarya melalui tulisan. Selain praktik menulis langsung pada kegiatan PD hari ini, kami juga diberikan banyak hal tentang teknik menulis dan juga diingatkan kembali tentang kaidah menulis yang benar. Seperti disampaikan narasumbar bahwa tulisan kita yang nantinya diterbitkan akan dibaca oleh entah siapa saja sehingga kita tidak akan melewatkan kaidah tata tulis yang benar. Selain berkomitmen untuk terus menulis dengan target-target tertentu, kita juga perlu mengupayakan untuk membuat tulisan berkualitas dengan banyak membaca karya tulis orang lain dan mengadopsi banyak pengalaman menulis dari berbagai pelatihan dan mengikuti komunitas menulis yang saat ini sangat mudah untuk didapatkan.

Menulis sudah menjadi bagian kehidupan saya sehingga ketika absen menulis untuk beberapa lama seperti ada sesuatu yang hilang dari hidup saya. Saya selalu diingatkan oleh kata-kata bijak Pramoedya Ananta Toer tadi yang mampu menyulut semangat untuk tetap menulis. Blog menjadi sarana yang sangat praktis untuk dapat menuangkan segala ide untuk menulis saat ini. Hasil tulisan saya share ke beberapa komunitas menulis online untuk mendapatkan feedback dari pembaca. Menulis dengan berbagai tujuan diantaranya berbagi ilmu, pengalaman, pemikiran, bahkan perasaan ketika dibagikan ke orang lain akan menjadi kepuasan tersendiri. Terlebih ketika mendapatkan feedback berupa sanjungan, motivasi, dan bahkan kritikan akan membakar semangat untuk terus menulis. Dengan bergabung dengan komunitas menulis juga saya banyak belajar dari para pakar menulis yang sudah terbukti mampu berkarya banyak di bidang kepenulisan sehingga mampu menjadikan tulisan kita semakin baik.