Jumat, 31 Desember 2021

Doa Sang Pendosa


Aku hanyalah sang pendosa
Yang sering melewatkan waktu sia sia
Yang sering berjanji untuk lebih baik
Tetapi tetap melakukan kesalahan yàng sama

Seperti tahun kemarin
Aku mengucap doa dan harapan
Agar aku lebih baik tahun depan
Agar aku berubah
Tetapi tetap melakukan kesalahan yang sama

Tahun ini pun sama
Aku mengucap doa dan harapan
Agar aku lebih baik tahun depan
Agar aku berubah 
Tetapi aku belum tahu
Apakah akan melakukan kesalahan yang sama

Namun, sebagai manusia yang lemah
Dan penuh dosa
Aku tetap mengucap doa yang sama
Agar aku lebih baik tahun depan
Agar aku berubah
Agar aku tidak mengulang kesalahan yang sama
Tetapi aku juga mengucap doa
Agar tidak membuat kesalahan baru

Walaupun aku lemah
Aku tetap mengucap doa
Agar aku tidak selemah dulu
Agar aku mampu menepati janji yang dulu
Yang sering aku ucapkan
Di setiap pergantian malam tahun baru




Rabu, 29 Desember 2021

Tahun Baru, Harapan Baru?



Merayakan pergantian tahun bagi sebagian orang telah menjadi kebahagiaan tersendiri bahkan menjadi malam yang sangat ditunggu entah apapun alasannya. Mereka tentu punya alasan masing-masing kenapa hal ini menjadi istimewa. Mungkin karena momen ini hanya terjadi setahun sekali. Dengan begitu kita tahu bahwa umur bumi dan alam semesta ini bertambah satu tahun dan menjadi semakin tua tentunya.Tetapi apakah hal ini yang menjadikan faktor penting bagi sebagian orang untuk merayakan malam pergantian tahun baru? Bukannya malam pergantian tahun baru itu hanya ditandai dengan beralihnya jarum jam yang berpindah dari jam 23.59 menjadi jam 00.00 di tengah malam dan hal serupa akan terjadi dalam setiap harinya? Tetapi itulah istimewanya kenapa pada tanggal 31 Desember ini menjadi luar biasa dan banyak dinantikan orang. 

Mungkin bukan sekedar beralihnya waktu satu detik di tengah malam yang menjadikan malam itu begitu ditunggu. Banyak yang menjadikan momen ini penting karena disitulah waktu yang tepat untuk merefleksikan sesuatu yang pernah dialami selama setahun ke belakang dan merencanakan apa yang akan dilakukan minimalnya setahun mendatang. Kalau hal ini yang dilakukan setiap orang pada malam pergantian tahun tentunya akan terjadi banyak perubahan secara menyeluruh bagi setiap pribadi manusia.

Namun apa yang sering terjadi ketika malam pergantian tahun ini tiba? Banyak diantara kita yang menganggap sebagai momen yang tak boleh terlewatkan begitu saja sehingga menjadi ajang penyambutan berlebihan dengan mempersiapkan berbagai macam perayaan dan mungkin bahkan pesta pora. Memang tidak sedikit pula yang melakukan perenungan dan juga doa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta karena telah mampu melewati masa satu tahun dengan seggala pencapaian masing-masing.

Berbagai macam acara dilakukan untuk menyambut pergantian waktu yang istimewa ini. Dulu, sebelum pandemi, banyak orang mempersiapkan diri dengan berbagai rencana perayaan tahun baru. Bahkan pemerintah daerah juga menyiapkan sebuah acara perhelatan khusus penyambutan pergantian tahun dengan berbagai kemeriahan yang juga tidak sedikit menghabiskan anggaran untuk menyelenggarakan pertunjukan dan pesta kembang api. Mungkin sudah menjadi sebuah tradisi bagi orang jaman now untuk meluangkan waktu dan membuat acara demi penyambutan tahun baru tersebut.

Sebenarnya apa sih yang mesti kita sikapi dari pergantian tahun baru? Apakah sebaiknya kita berdiam diri di rumah atau di tempat ibadah dengan duduk bertekur berdoa sambil menunggu jarum jam bergeser? Atau hanya melakukan perenungan diri untuk merefleksikan apa yang selama setahun yang telah kita lewati dan merencanakan sebuah perubahan di tahun berikutnya? Atau sama sekali tidak melakukan kegiatan apapun karena memang malam pergantian tahun baru hanya persoalan waktu yang berganti seperti biasa.

Lalu, bagaiamana dengan mereka yang menyambut datangnya tahun baru dengan kegembiraan dan mengadakan berbagai kegiatan perayaan bahkan pesta? Apakah mereka telah melanggar norma atau nilai-nilai sosial di masyarakat? Atau bahkan mungkin sudah menjadi sebuah kepantasan bagi kita untuk turut serta merayakan kehadiran tahun baru tersebut.

Sepertinya tidak ada juga ketentuan, aturan, atau bahkan larangan tertentu yang mengatur bagi setiap orang untuk melakukan kegiatan penyambutan pergantian tahun. Jadi tidak ada salahnya buat yang benar-benar mau merayakan dengan berpesta ataupun yang hanya sekedar melakukan refleksi dan berdoa serta berpengharapan pada malam pergantian tahun. Hal ini tentunya tidak menjadi persoalan selama tidak saling mengganggu dan dijalankan sewajarnya. 

Jika kita sadari, momen bergesernya waktu selalu terjadi setiap detik selama bumi ini masih berputar. Bertambahnya usia manusia dan juga alam semesta terjadi juga setiap saat, tidak di malam hari, pagi hari atau siang hari bahkan tidak juga di malam tahun baru. Jadi ketika kegiatan serupa dilakukan di malam yang lain atau malam apa saja tidaklah salah. Merenung, merefleksikan diri, berdoa, atau berharap bahkan berpesta dan mungkin menyalakan kembang api bisa dilakukan kapan saja dan pada momen apa saja yang tentunya sesuai kebutuhan.

Lalu, ketika kita ditanya, apa harapan dan doamu untuk tahun baru nanti? Mungkin kamu akan menjawab, semoga di tahun baru nanti semua akan menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya, atau jawaban ini, aku harus melakukan perubahan di tahun baru nanti. Harapan dan doa semacam itu tentunya sangat baik sebagai upaya motivasi dan refleksi diri. Namun mungkin doa dan harapan serupa juga bisa dilakukan kapan saja tidak harus menunggu pergantian tahun. 

Sejatinya kita sebagai manusia tentunya tidak bisa berharap banyak terhadap apapun apalagi berharap pada waktu. Waktu memang berjalan tetapi sesungguhnya waktu adalah benda mati yang tidak bisa merubah apapun. Kalau kita pernah bilang perubahan akan terjadi seiring dengan perjalanan waktu, dan sebenarnya waktu itu sendiri tidak pernah merubah apa-apa, kecuali kita sendiri yang mau merubahnya. Ketika kita ada kemauan untuk merubah sesuatu dan kita melakukannya, sesuatu itu pasti akan berubah walaupun mungkin berjalan dengan sangat lambat tergantung dari upaya kita dalam melakukan perubahan. Dan ketika kita sudah melakukan banyak upaya untuk melakukan perubahan berharaplah hanya pada Tuhan yang Maha Menentukan segalanya.

 #Edisirefleksimenjelangtahunbaru, #Oldandnew


Kamis, 23 Desember 2021

Mengapa 'Happy Ending'?

Teringat masa kecil dulu, saat masih bersama orang tua dan tinggal di desa, tidak setiap saat bisa makan enak seperti anak-anak jaman sekarang. Untuk bisa makan nasi dengan telur saja sudah luar biasa walaupun orang tuaku memelihara ayam dan bertelur cukup banyak. Bukannya pelit atau atau tidak sayang anak, mereka hanya berfikir cerdas untuk mengantisipasi kekurangan bahan makanan dalam jumlah banyak. Orang tuaku lebih memilih menukar telur dengan jenis bahan makanan lain yang nilai gisinya lebih rendah tetapi berjumlah lebih banyak, itulah alasannya. Sehingga ketika suatu hari bisa makan enak seperti nasi dan telur, momen ini menjadi sebuah peristiwa langka dan istimewa hingga cara memakannya pun cukup unik. Di awal kita makan dengan lauk lain terlebih dahulu baru makan telur menjelang detik-detik akhir. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepuasan maksimal dan seolah merayakan kenikmatan makan telur. Seandainya saja dulu tahu istilah happy ending, mungkin dulu aku akan menamakan perayaan 'happy ending'.

Bicara happy ending, mana yang lebih kamu sukai ketika menonton film, baca novel, menonton sinetron atau drama Korea, happy ending, sad ending, atau cliffhanger ending? Oh, iya mungkin ada yang belum tahu istilah cliffhanger ending. Cliffhanger ending adalah cerita yang menggantung di akhirnya, bahagia tidak, sedih tidak, atau cerita yang tidak jelas endingnya. Ketika aku tanya sebagian besar orang, kebanyakan memilih happy ending dibandingkan sad ending ataupun cliffhanger ending. Walaupun kadang cerita dengan akhir bahagia itu juga terasa membosankan tetapi itulah faktanya, banyak diantara kita yang memilih happy ending dalam menonton sebuah film atau drama.

Sama halnya seperti kehidupan ini bahwa setiap kehidupan layaknya sebuah cerita drama yang layaknya memiliki kisah yang dimulai dengan penderitaan yang penuh luka dan nestapa dan berakhir dengan bahagia. Namun ada kalanya memiliki cerita yang dari awal hingga akhir terus menderita. Atau juga ada yang berawal bahagia dan berakhir nestapa, atau pun ada juga yang cerita yang tidak memiliki kejelasan di akhirnya. 

Sebuah perjalanan hidup seseorang yang diawali dengan penuh perjuangan dan kerja keras diharapkan mampu memiliki kebahagiaan di masa tuanya. Katakanlah seorang anak yang terbiasa hidup sederhana dan penuh tantangan serta banyak mengalami rintangan akan mengambil sikap untuk mempertahankan hidup untuk mencapai kesuksesan di akhir untuk mendapatkan kebahagiaan sempurna di akhir kisah hidupnya. 

Begitupula hampir setiap orang tua akan merasa puas dan bahagia ketika di masa tuanya melihat anak-anaknya sukses dan hidup bahagia. Tentunya, mereka akan merasakan puncak kebahagiaan yang sempurna pula.

Memang sebgian orang akan menganggap bahwa ukuran kebahagiaan adalah kesuksesan. Jadi ketika sukses itu diraih sejak masa muda, artinya seseorang akan selalu merasa bahagia. Namun, ukuran sukes dan bahagia itu sendiri bagi setiap orang tidaklah sama. Ada yang mengukur sukses dari karirnya, dari kekayaannya, dari jabatannya, dari popularitasnya, atau sukses setelah melihat anak-anaknya sukses sehingga disitulah kebahagiaan tercapai. 

Lalu, bagaimana dengan mereka yang baru mencapai sukses ketika berada di akhir saja dan setelah melewati masa-masa sulitnya yang panjang? Apakah mereka tidak mendapatkan kebahagiaan sejak masa-masa perjuangannya? Tentu tidak, karena bagi sebagian orang akan memilih untuk berbahagia setiap saat. Orang-orang ini tentunya bukan tipe orang yang suka menonton cerita happy ending, atau cara makan happy ending sewaktu aku kecil dulu, tetapi mungkin juga tidak. Karena kebahagiaan bagi orang-orang ini bisa didapatkan kapan saja. Tetapi hal ini tidak bisa disamakan dengan menonton film tadi. Tidaklah seru ketika menonton film dari awal hingga akhir penuh dengan kebahagiaan karena tidak memiliki ending yang seru dan cara menikmati hidup tentunya tidak sama dengan cara menikmati cara makan dan nonton film tadi.

Jika memungkinkan, yang bisa kita lakukan adalah bagaimana caranya untuk menciptakan kebahagiaan setiap saat dalam keadaan apapun. Wah, hal ini nampaknya mudah saja diucapkan tetapi sulit untuk dipraktekan. Tetapi tidak ada salahnya kita mencoba untuk menciptakan bahagia kapan saja tidak seperti saat kita menonton drama. Atau kita akan selalu menikmati setiap lekuk liku problematika hidup dengan senyum bahagia dan menganggap itu semua sebagai tantangan yang akan berakhir bahagia. Atau mungkin juga bahagia itu akan selalu tercipta ketika kita mampu bersyukur dengan apapun yang kita miliki. 

#selaluinginmecobabahagiakapansaja

Rabu, 22 Desember 2021

Berjibaku Memadamkan Api

PAMUJAN, TELUK, PURWOKERTO SELATAN, Sekitar pukul 8.30, sebuah rumah dilahap si jago merah.

Malam ini menjadi malam yang menegangkan bagi kami sekeluarga dan warga sekitar rumah. Waktu itu kami sekeluarga sedang asyik bakar-bakaran di emperan rumah, itung-itung sedikit merayakan hari ibu buat istriku dan ultah anak kedua kami yang kesembilanbelas sehari sebelum hari ibu. Lagi asyik-asyiknya bakar-membakar, pas keluar gerbang, di langit sebelah selatan terlihat asap membubung tinggi dan langit merah membara hanya sekitar satu kilo dari rumah. Tanpa berpikir panjang, aku nyalakan sepeda motor dan tarik gas menuju TKP bersama anak ketigaku.
Sampai di sekitar lokasi, puluhan orang sudah berkerumun, sepeda motor kuparkir asal depan sebuah warung. Penasaran melihat kobaran api yang menjulang, aku merangsek diantara kerumunan. Banyak diantara mereka yang sibuk mengabadikan momen langka itu dengan poselnya, baik laki-laki maupun perempuan. 

Anehnya aku pun tak menjumpai sebuah mobil pemadam kebakaran pun padahal kejadian sudah cukup lama. Aku semakin tegang melihat pemandangan ini. Aku terus merangsek mendekat dan melihat beberapa orang sibuk memperbincangkan keadaan dan memandanagi orang-orang yanag sibuk berjajar membawa air pakai ember. Tak seberapa usaha mereka untuk hanya sekedar menumpàhkan air ke api yang menggila. Namun itulah yanag bisa mereka lakukan.

Yang membuatku lebih heran adalah banyak laki-làki yang terus berbincang dan sibuk ambil video momen itu. Aku tak tahan melihat situasi ini dan langsung kuambil ember yang sedang digilir kesana kemari untuk mengaangkut air. Badanku basah kuyup oleh tumpahan air dari ember. Tapi hanya itulah yang juga bisa aku lakukan sementara pemadam kebakaran belum datang. 

Hingga tiba saatnya, satu unit mobil pemadam pun datang, kami merasa cukup lega sambil menyingkirkan ember-ember yang sangat berjasa itu ketika mobil berwarna merah itu sudah mengambil alih kekuatan ember. Tim berseragam orange dan biru berloncatan merangsek ke kobaran api. Perlahan api mulai surut. Sebuah rumah sudah habis terbakar. Menurut warga, bagian rumah tersebut adalah rumah bagian belakang yang berisikan dapur, tempat kayu bakar dan juga kandang ayam. Menurut kabar yang belum pasti, sekitar puluhan ayam ada di dalamnya hangus terbakar. 

Sampai tulisan ini dimuat, belum jelas apa penyebab kebakaran ini selain info yang masih samar-samar bahwa awalnya sebuah bantal tersulut api, begitu juga mengenai korban jiwa dari peristiwa ini, namun kerugian material tentunya cukup banyak. 

Ketegangan kembali terjadi ketika stok air satu unit pemadam tiba-tiba habis, padahal api masih melahap satu rumah bagian belakang dan masih menyala menjilat-jilat. Kami sempat panik hingga akhirnya tidak sampai sepuluh menit satu unit pemadam lebih besar datang lagi.

Kami bernafas cukup lega dan api perlahan bisa dijinakkan. Namun hingga air di unit kedua habis, api masih menjalar di rumah bagian belakang. Tim rescue berjuang semakin gigih, sambil menunggu unit ketiga. Datanglah unit pemadàm ketiga hingga api diperkiraka bisa benar-benar padam. 

Aku pun berfikir untuk pulang dengan hati cukup tenang. Sampai di rumah, sebelum aku sempat ganti baju, si kecil merengek ingin menyaksikan mobil pemadam kebakaran. Aku pun terpaksa balik ke TKP untuk memenuhi keinginan si kecil untuk dapat menyaksikan langsung proses pemadaman api oleh rescue team yang sering dia lihat di channel youtube favoritnya.

Sampai di TKP, ternyata masih ada sebàgian api yang belum padam seluruhnya. Anakku menyaksikannya dengan kegembiraan yang luar biasa. Momen ini adalah merupakan pengalaman luar biasa bagi dia setelah selama ini hanya bisa menyaksikan lewat video. Bahkan dia sempat menaiki mobil pemadam kebakaran setelah mendapat ijin dari tim. Si kecil pun sangat senang ketika diajak ngobrol oleh rescue team yang terdiri dari Fire Fighter, polisi, tentara, dan sukarelawan. Malam ini benar-benar malam yang sangat berkesan buatnya, dibalik penderitaan korban kebakaran. 

Namun banyak hal yang dapat menjadi pelajaran dari peristiwa malam ini bàhwa, tidak semua orang yang datang memiliki empati yang tinggi dan niat untuk membantu, itu yang pertama. Kedua, berrhati-hatilah dalam menggunakan api karena api yang memberikan penghidupan pada manusia kadang juga bisa jadi petaka ketika kita ceroboh dalam menggunakan. Ketiga, pembelajaran berharga buat si kecil dari peristiwa heroic para rescue team yàng berjuang mati-matian untuk memadamkan api. Semoga si kecil mampu belajar dari para pejuang pemadam kebakaran tersebut.


  

Senin, 20 Desember 2021

Hujan Dulu dan Sekarang

Ketika kecil dulu, hujan adalah momen yang sering ditunggu-tunggu oleh anak-anak seusiaku. Berbasah-basahan sambil main perang-perangan di derasnya hujan menjadi kebahagiaan tersendiri. Kami berlarian dan berkejaran dijalan licin yang waktu itu memang tak beraspal, lempar-lemparan tanah liat bak granat yang siap menembus dada lawan dalam perang. Menebas dan menusuk lawan dengan pedang dari pelepah pisang bagaikan adegan film laga Antonio Banderas melawan musuhnya, atau Jet Lee yang tangguh dengan jurus kungfunya, sambil mengusap peluh yanag memenuhi wajah karena air hujan. Masa-masa ini benar-benar indah dan tak terlupakan.

Kini, ketika aku punya anak sendiri, begitu takutnya melihat hujan terlebih ketika anakku harus menyentuh air hujan. Begitu awan hitam sudah bergelayut di langit sana, aku sudah teriak-teriak mengingatkan mereka untuk segera mencari perlindungan, masuk ke dalam rumah dan mengeluarkan banyak dalih seperti masuk angin, bahaya ada petir,  dan semacamnya. Beberapa kata ancaman ataupun cara untuk menyelamatkan si buah hati dari bahayanya air hujan yang turun dari langit. Seolah aku lupa bahwa dulu aku tidak pernah mendapatkan larangan ataupun peringatan bahaya dari ayah ibuku saat bermain dalam hujan. Mereka membiarkanku mengekspresikan kegembiraan di dalam hujan. Mungkin mereka terkesan tidak peduli atau tidak menyayangi, tapi itulah yang mereka bisa lakaukan bahwa alam adalah sahabat mereka termasuk anak anak. Mungkin mereka hanya berfikir sederhana saja, bagaimana mereka bisa melanjutkan jejak karir mereka sebagai petani kalau anak-anakanya takut sama hujan? Bukankah hujan itu sahabat para petani yang selalu ditunggu untuk menumbuhkan batang-batang padinya?

Orang tua jaman sekarang banyak yang terlalu khawatir dengan anak-anaknya, banyak mengekang dan melarang anak untuk melakukan ini dan itu. Kembali ke hujan, apa salahnya kalau kami sekarang membiarkan anak-anak kami bermain di dalam hujan, selama tidak ada banyak petir bergemuruh dan menyambar, bukankah air hujan aman jika mengenai tubuh kita? Atau mungkin kandungan air hujan di jaman now berbeda dengan kandungan air hujan di jaman dulu? Atau rasa khawatir kami yang berlebihan saja? Tetapi, aku kan juga bukan petani seperti bapakku dulu, yang menginginkan anak-anakku mengikuti jejakku jadi petani. Jadi aku ga salah-salah amat melarang anakku bermain hujan-hujanan. Tetapi juga, bapakku tidak salah-salah amat kalau ternyata anaknya yang diharapkan untuk melanjutkan jejak karirnya menjadi petani ternyata tidak juga mengikuti jejak karirnya karena telah menentukan pilihannya sendiri untuk berkarir dan bapakku pun tidak melarangnya. 

Kalau bisa disimpulkan, aku merasa lebih beruntung dibandingkan anak-anakku. Dulu aku sempat bermain di dalam hujan walaupun tidak bisa melanjutkan karir bapakku menjadi petani, sementara anak-anakku tidak memiliki kesempatan untuk bermain dalam hujan dan mungkin juga aku akan melarang mereka ketika mereka ingin berkarir jadi petani seperti bapakku. Susah juga ya jadi anak sekarang.

#warninguntukparentsjamannow




Jumat, 26 November 2021

Orang Dewasa pun Perlu Bermain



Jumat malam, kami sekeluarga berniat untuk melepas ketegangan dan mengendorkan syaraf setelah dalam sepekan bergelut dengan pekerjaan dan pelajaran bagi anak-anak kami. Kami sepakat untuk having dinner out sambil jalan-jalan. Saat yang paling tepat untuk membawa anak-anak ke sebuah tempat makan dan habis itu jalan-jalan ke stationary. Kami tidak mengunjungi banyak tempat, tapi cukup satu tempat saja yang bisa untuk makan dan bisa ke stationary. 

Aku tak menyangka rupanya anak-anak sangat antusias dengan planning ini. Kalau sudah dengar kata stationary, banyaklah yang ada di pikiran mereka khususnya yang sudah sekolah, pasti sudah di rancang sebuah list panjang tentang apa yang mau dibeli. Tak lupa, si kecil pun sama. Dia sudah merengek untuk menambah koleksi mainanya. Kalau sudah begini, aku tinggal mencolek bendahara rumah untuk menyiapkannya. 

Benar saja, selesai makan, kami langsung meluncur ke stationary yang kebetulan satu lantai dengan tempat makan kami, jadi tidak perlu repot untuk naik eskalator. Aku mengawal si kecil untuk searching mainan sedangkan si ibu mengawal dua anak gadis kami yang masih sekolah. Kami membiarkan mereka untuk explore stationary, dan tentunya dengan dengan daftar yang sudah disiapkan. 

Beberapa kali aku berputar ke toys station yang ada di tempat tersebut. Aku tahu apa yang si kecil inginkan kalau bukan Bumblebee pasti Optimus Prime sejenis mainan transformasi yang bisa berubah menjadi mobil dan juga robot. Rupanya kesukaan terhadap mainan ini belum bisa tergantikan. Senangnya, si kecil tidak pernah menuntut untuk membeli mainan yang produk asli. Jadi cukup dengan mainan sejenis yang tidak terlalu mirip dengan aslinya pun tidak masalah. Dengan begitu pun dia tetap menyebutnya Bumblebee atau Optimus Prime. Hal ini tentunya meringankan dari segi kocek orang tuanya. Dan si kecil pun akhirnya mendapatkan yang dia inginkan dan bisa bermain dengan gembira.

Selesai mengawal si kecil, kami mulai berkerumun di kasir, dan aku pun melihat dua gadisku sudah menenteng barang-barang hasil buruannya. Dari matanya, aku dapat melihat kegembiraan mereka setelah sekian lama tidak bertandang ke stationary. 

Masih di kasir, tiba-tiba, aku terpikirkan sesuatu dan nyeletuk ke istri saya yang bernada meminta persetujuan. "Bu, aku juga mau beli sesuatu, boleh ga?" Nadaku seperti anak lima tahun yang memelas dan khawatir permintaannya tidak akan dikabulkan. Ya, karena aku tahu persis yang akan aku beli adalah sebuah mainan. Entah kenapa juga aku seolah tiba-tiba berubah menjadi anak kecil dan ingin beli mainan.

Sekilas tadi aku melihat mainan Rubik Cube yang akhir-akhir ini aku gandrungi untuk sekedar diputar-putar, mencoba membuat warna yang sama satu sisi, atau mencoba cari cara di Youtube totorial walaupun alhasil, belum pernah sukses membuat seluruh sisi dengan warna masing-masing. Bagiku, itu bukan tujuan utama yang harus dicapai. Karena kalau sudah ketemu caranya, nanti menjadi tidak asyik lagi untuk dimainkan. 

Nah, mau tahu asal usul Rubik dan manfaatnya?

Menurut Wikipedia, Kubus Rubik adalah sebuah permainan teka-teki mekanik yang ditemukan pada tahun 1974 oleh pemahat dan profesor arsitektur Hongaria Ernő RubikKubus ini terbuat dari plastik dan terdiri atas 26 bagian kecil yang berputar pada poros yang terlihat. Sedangkan untuk manfaatnya ternyata banyak sekali manfaat dari permain ini, diantaranya adalah: 

  1. Meningkatkan Kemampuan Analisis
  2. Meningkatkan Fokus dan Konsentrasi
  3. Meningkatkan Kesadaran Spasial
  4. Menguatkan Kemampuan Pengenalan Pola
  5. Meningkatkan Memori
  6. Meningkatkan Gerakan Reflek
  7. Mengasah kemampuan menyelesaikan masalah
  8. Mengasah kemampuan berfikir sebelum bertindak
  9. Meningkatkan Kesabaran
  10. Membuat Pikiran Tetap Aktif
Kalau melihat beberapa manfaat di atas, mainan ini bagus untuk anak-anak dan baik juga dimainkan oleh orang dewasa. Untuk orang-orang seusiaku yang hampir limapuluh, apakah masih pantas bermain rubik seperti ini? Sepertinya tidak ada salahnya juga bahkan ini perlu karena semakin menuanya usia justru semakin banyak hal yang mulai berkurang seperti mulai melemah untuk mengingat-ingat sesuatu atau gampang lupa, susah konsentrasi, banyak masalah dan susah menyelesaikan, keaktifan untuk tetap berfikir, dan lain-lain. Selain itu, mainan ini adalah mainan yang efektif buat pengisi waktu luang, asal jangan lupa keasyikan sehingga melupakan orang-orang yang ada di sekitar kita dan lupa mengerjakan hal lain yang lebih prioritas.








Sabtu, 13 November 2021

Simulasi Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran (APAR)




Kebakaran kerap terjadi kapan saja dan di mana saja. Penyebabnya pun bisa bermacam-macam, bisa karena kelalaian manusia dalam penggunaan api atau juga karena penyebab lain yang tanpa kita sadari akan menjadi penyebab kebakaran. Kebakaran juga bisa terjadi tanpa memandang musim baik musim kemarau atau pun musim penghujan. 

Ketika saya kecil dahulu dan masih tinggal di desa, saya sempat menanyakan mengapa di setiap rumah warga ditancapkan dua gantar bambu di depan rumah yang masing-masing ujung bambu tersebut diberikan alat yang berbeda. Yang satunya diberikan buntalan kain tebal yang digulung-gulung dan yang satunya diberikan eblek/atau papan anyaman bambu berbentuk kotak. Ternyata alat tersebut merupakan alat pemadam kebakaran saat itu. Menurut informasi dari orang tua saya, bambu yang diberi buntalan kain tersebut akan dimasukan ke dalam air dan bambu satunya sebagai alat pemukul api. Ternyata sejak jaman dahulu manusia sudah melakukan upaya atau antisipasi ketika terjadi kebakaran dengan alat tradisional yang paling sederhana. Nah, di jaman modern seperti sekarang ini tentunya kita memiliki alat yang lebih praktis dan bisa digunakan dalam kondisi darurat kebakaran. 

Hari ini, Jumat, 12 November 2021 menjadi pengalaman berharga buat kami warga Puhua School, di mana kami kedatangan sebuah tim yang memberikan kami pelatihan dalam upaya pemadaman api yang tentunya sangat berguna bagi kami. Tim tersebut menjelaskan beberapa jenis APAR (Alat Pemadam Api Ringan) kepada seluruh guru dan karyawan Puhua School dan juga menyimulasikan penggunaan alat tersebut. 
 
Dijelaskan oleh tim bahwa ada empat jenis APAR yang biasanya digunakan saat ini  yaitu:

Alat Pemadam Api Ringan Air (Water)APAR yang diisikan air dengan tekanan tinggi. APAR jenis air ini merupakan jenis APAR yang paling ekonomis dan cocok untuk memadamkan api yang disebabkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti kertas, kain, karet, plastik dan lain sebagainya. Tetapi APAR ini akan sangat berbahaya jika dipergunakan pada kebakaran yang dikarenakan instalasi listrik yang bertegangan

Alat Pemadam Api Ringan Serbuk Kimia (Dry Chemical Powder). APAR jenis ini  merupakan serbuk kering kimia yang bisa digunakan dan serbuk yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan oksigen yang merupakan unsur penting terjadinya kebakaran. APAR jenis dry chemical powder ini merupakan alat pemadam api yang serbaguna karena efektif untuk memadamkan kebakaran di hampir semua kelas kebakaran.

Alat Pemadam Api Busa (Foam). APAR jenis busa ini adalah jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat membentuk busa. Busa yang disembur keluar akan menutupi bahan yang terbakar sehingga oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran.

Alat Pemadam Api Karbon Dioksida (CO2)APAR jenis karbon dioksida (CO2) adalah jenis APAR yang menggunakan bahan karbon dioksida sebagai bahan pemadamnya.  APAR karbon dioksida sangat cocok untuk instalasi listrik yang bertegangan.






Dalam kesempatan ini kami sempat mempraktekan satu jenis APAR yaitu jenis powder. Namun sebelum kami mempraktekan jenis APAR ini, petugas tim memberikan juga alternatif berupa alat tradisional yang berbentuk karung goni. Karung goni ini menjadi alat pemadam tradisional yang masih bisa digunakan saat kebakaran terjadi dan bisa merupakan alternatif yang bisa dilakukan. Karung goni dicelupkan ke dalam air hingga basah merata dan bisa dimasukan ke sumber api. Sebagai alat alternatif hal ini bisa digunakan dan cukup efektif.



 
Lalu kami secara bergantian pula melakukan simulasi menggunakan APAR jenis powder ini dengan dengan cara : 
  • Tarik pin pengaman dengan memutar hingga tali pengikat pin patah. 
  • Arahkan pangkal selang ke sumber api (area kebakaran)
  • Tekan pemicu untuk menyemprot
  • Ayunkan ke seluruh sumber api (area kebakaran)


Pengalaman berharga ini merupakan hal luar biasa yang sebenarnya sangat penting untuk setiap warga ketahui. Kadang kita sering melihat jenis APAR ini ditempel di dinding-dinding gedung atau tempat-tempat umum namun kita tidak yakin bagaimana cara menggunakannya. 

Dengan simulasi yang diadakan hari ini, cukup menjadi bekal dasar bagi kita semua untuk mengetahui berbagai jenis APAR dan fungsinya serta tahu bagaimana cara menggunakannya. Walaupun kita semua tidak menghendaki kebakaran akan terjadi di sekitar kita namun menurut kata pepatah, tidak ada salahnya sedia payung sebelum hujan. Kita harus tetap waspada dan siaga. 

 

Refleksi : Professional Development - Profil Pembelajar Pancasila





Professional Development Kamis, 11 November dengan Mr. Yohanes Tri Tjahyaadi memberikan hal baru khususnya bagi peningkatan pembelajaran abad 21, sebagai kelanjutan Professional Development yang dibawakan oleh Ms. Novi bulan lalu. 

Banyak hal yang disampaikan dengan cukup gambalang oleh Mr. Yo, panggilan akrabnya pada saat presentasi materi tentang survey karakter atau yang sekarang kita sebut Profil Pembelajar Pancasila dengan gaya presentasi yang kocak namun tetap memberikan yang terbaik dalam presentasinya.

Mr. Yo menyampaikan bahwa dulu kita mengenal istilah Pengembangan Pendidikan Karakter (PPK) dan sekarang istilah tersebut berkembang menjadi Profil Pembelajar Pancasil yang memuat 6 poin penting yaitu:

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia. Yaitu pembelajar yang memiliki akhlak ketuhanan Yang Maha Esa, menjalankan ibadah sesuai agamanya dan berahlak baik kepada sesama manusia dan juga alam semesta.

2. Berkebinekaan Global. Pelajar Pancasila yang berkebinekaan global yaitu pelajar yang tetap menjunjung tinggi budaya luhur bangsa namun tetap mampu berinteraksi dengan budaya lain dan tetap menghargai kebinekaan budaya yang ada di negara kita. Poin penting pembelajar Pancasil dan Berkebinaan Global yaitu: Mengenal dan menghargai budaya, kemampuan berkomunikasi interkultural dan berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggungjawab terhadap pengalaman kebinekaan.

3. Gotong Royong. Yaitu kemampuan pelajar Pancasila dalam melakukan kegiatan bersama-sama atau berkolaborasi dengan sukarela agar pekerjaan terasa ringan. Poin penting dari gotong royong ini adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

4. Mandiri. Yaitu pelajar pancasila yang mampu mengatur dirinya sendiri dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri. Poin pentingnya yaitu, kesadaran diri dengan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.

5. Bernalar Kritis. Pembelajar Pancasila diharapkan memiliki penalaran yang kritis dalam proses pembelajaran dan mampu menalar secara kritis dan mampu menganalisis informasi secara kualitatif serta kuantitatif. Poin pentingnya adalah, mengolah informasi dan gagasan, menganalisis dan evaluasi penalaran, merefleksikan pemikiran dan proses berfikir, serta mengambil keputusan.

6. Kreatif. Pembelajar Pancasil diharapkan menjadi pembelajar yang mampu menghasilkan karya orisinal yang bermanfaat bagi orang banyak. Poin pentingnya yaitu, menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

Selain pemaparan penting tentang profil Pembelajar Pancasila, dalam penjelasannya, Mr. Yo juga memberikan tugas setiap peserta untuk mendesain program pembelajaran berbentuk River of Learning.

Peserta diminta untuk mendesain pembelajaran dengan menggambar sebuah alur sungai di mana setiap Bab materi pembelajaran dalam satu tahun dibuat dalam bentuk perahu yang berada di sungai. Lalu, guru menggambarkan materi sub bab dalam bentuk pohon di samping sungai. Dan poin terpentingnya adalah membuat satu sub bab yang dianggap sesuai untuk siswa melakukan sebuah project yang memiliki profil karakter Pancasila.

Dalam kegiatan tersebut penulis memilih Unit 6: Double Lives yang merupakan materi dengan topik kriminal. Di sini penulis merencanakan untuk memberikan projek kepada siswa dalam bentuk Presentasi hasil wawancara. Rencana teknis atau instruksi yang diberikan kepada siswa adalah:

  1. Peserta didik diminta melakukan wawancara dengan orang terdekat untuk menanyakan beberapa pertanyaan terkait kriminallisasi di daerah sekitar tempat tinggal peserta didik.
  2. Peserta didik menyusun daftar pertanyaan sendiri sebelum melakukan wawancara.
  3. Peserta didik merekam proses wawancara dalam bentuk video.
  4. Peserta didik membuat presentasi hasil wawancara dengan ketentuan sebagai berikut: Membuat introduction yang memuat tujuan wawancara. Menampilkan daftar wawancara. Menampilkan bukti hasil wawancara yang berbentuk video. Menjelaskan proses wawancara. Membuat kesimpulan hasil wawancara.


Tentunya banyak manfaat yang didapatkan dari Professional Development tersebut diantaranya yaitu guru sebagai peserta akan lebih memahami perubahan yang terjadi dengan kurikulum nasional yang dalam wacana akan melakukan perubahan kurikulum yang menyesuaikan dengan pembelajaran abad 21 dan tetap menjunjung tinggi karakter pembelajar Pancasila. Dengan kegiatan tersebut guru dapat mengembangkan program pembelajaran dengan enam poin penting karakter pembelajar Pancasila yang dijelaskan di atas. 

Dalam presentasinya Mr. Yo telah memberikan materi terbaiknya dan mampu membuat kami para peserta banyak belajar serta beraktifitas. Namun sebagai evaluasi bahwa materi presentasi yang ditampilkan dalam bentuk power point presentation yang merupakan materi dari sumber aslinya, tulisan terlalu kecil sehingga kurang jelas dibaca oleh peserta. Mungkin akan lebih baik lagi jika Mr. Yo mengetik atau membuat ulang presentasinya sehingga akan lebih menarik dan jelas untuk dibaca.  




Sabtu, 06 November 2021

REFLECTION : MEETING WITH MR. ALI JUFRY (PEARSON)

REFLECTION : MEETING WITH MR. ALI JUFRY (PEARSON)
I would like to say that meeting face to face with Mr. Ali Jufri from Pearson is like one and a half hours worth one and a half years online. Why did I say that? Because it happened with releasing all the burden in our mind and heart about Pearson's material and the methods of teaching.

As new things both teaching materials and methods from Pearson that are applied in Puhua School now need lots of reassurance, encouragement, motivation, guides, and also role models for me and maybe for other teachers. We need more guidance in applying all the new things.

Mr. Ali's presence at school was kind of a great moment that we are waiting for. So that we provide lots of questions that bear in our mind due to some problems we are facing in the class before his coming.

And that would be something when the first thing he gave in the meeting was asking a kind of question like what in your mind is about Active Learn? So, we released all of our burden buried inside of our mind and heart.

Regarding his question, I told him that the Active Learn materials are so great since they provide very deep reading and writing skills. I’ve never had experience before in using any kinds of materials. However, those materials are also our problems too since there are no obvious guides to make sure of our answers of all activities in the book. We, as teachers, try to grab our own ideas and perspectives dealing with the answers of those activities in every section. And in the meeting Mr. Ali gave us a kind of illumination that teachers should not be worried about the book. As he tried to explain all about our problem he just showed us how to overcome our problems. Mr. Ali told us that the book doesn’t provide the key answer in order for teachers to find their own creativity in answering the questions of each activity. There are many possibilities to develop student’s answers to every question.

Besides, he also played a role as a teacher and we played as students. In this role playing, he gave us ways to teach using Inspire English in an easy but creative way by asking the students to find out the synonyms of adjectives, adverbs and other kinds of words. This way can be done by a teacher in teaching to save time with an abundance of materials.

He added in his encouragement that teachers should not teach all the activities in each section but we can make it short or simple but creative without getting out from the topic of the discussion in the activities. We can also use power point presentations to sum those materials to make students more active in the class.

To end the meeting, Mr. Ali asked the teachers to plan a meeting for teaching the next meeting with students. That was a kind of challenge for us to practice how to plan a simple and creative teaching using the book. It was all done great since Mr. Ali also gave us more encouragement to the teachers in handling the next meeting with the materials from Active Learn. He suggested some tips too.

I really hope it will happen again in the future since it could drive us to make the best ways in teaching the students using Pearson’s material. #ReflectionofMeetingwithMr.Ali





x


Sabtu, 30 Oktober 2021

Refleksi Peringatan Bulan Bahasa


Sebagai guru di Secondary Puhua School saya merasa bangga sekalaigus gembira atas terlaksananya kegiatan Bulan bahasa kali ini. Kegiatan Bulan Bahasa yang diselenggarakan secara daring ini ternyata tidak kalah serunya dengan kegiatan terdahulu yang dilaksanakan secara langsung di sekolah. 

Kegiatan yang melibatkan semua guru dan siswa ini terlaksana tidak hanya seru, namun khidmat dan melibatkan semua siswa dari pra perayaan yaitu berupa kompetisi berbahasa yang diikuti oleh seluruh siswa dari lower hingga upper level dan juga pada acara perayaan. 

Untuk mencapai sebuah acara yang seru tersebut tentunya dibutuhkan persiapan yang matang. Hal ini membutuhkan pemikiran, kerjasama, dan kontribusi dari masing-personil yang ada dalam kepanitiaan yang terbentuk. Tidak hanya itu saja, sebelum acara dilaksanaan beberapa kali rapat persiapan untuk menentukan jenis, teknis dan kriteria lomba dan acara peringatan Sumpah Pemuda berupa gladi yang dilakukan hingga beberapa kali baik yang dilaksanakan secara intern panitia dan kepala sekolah dan acara gladi bersih dengan SMT yang melibatkan Ms Novi dan Chen Tao Laoshi dan tentunya Bu Capri Anjaya untuk mendapatkan berbagai masukan dan feedback agar acara yang ditampilkan layak untuk ditampilkan.

Setelah semua persiapan selesai baik lomba maupun gladi bersih, tibalah saatnya pada tepat 28 Oktober 2021, acara pun dimulai pada period kedelapan hingga period kesepuluh. Semua siswa, guru, kepala sekolah dan juga SMT bergabung di acara tersebut. Acara yang digawangi oleh MC yang bertugas pada hari itu, Mr Didik dan Ms. Retno yang mengawali dengan ajakan-ajakan pada siswa untuk membuka kamera dan memasang virtual background dengan nuansa abu-abu untuk membawa suasana tempo dulu dan mengajak perserta untuk aktif dalam keseluruhan acara yang diselenggarakan secara virtual melalui zoom meeting. 

Acara dibuka dengan suasana tempo dulu dengan retro sosiodrama kongres pemuda Indonesia kedua yang diperankan oleh hampir semua guru secondary. Selain itu tampilan virtual background abu-abu dengan latar tempo dulu di layar masing- masing membawa suasana yàng menyentuh dan mendukung sidang seolah-olah terjadi di masa tahun 1928. Sidang kongres pemuda 2 yang diketuai oleh Sugondho Joyopuspito yang diperankan oleh Mr Teguh Sugeng Apriawan menggema di semua ruang siswa yang berada di rumah masing-masing. Suaranya yang lantang dan bergetar mengikuti semangatnya yang membara yang seolah merasakan perjuangan para pemuda tahun 1928 dan diikuti oleh para anggota sidang yang juga tidak kalah semaangatnya. Suasana sidang yang kidmat dapat dirasakan oleh semua siswa di segala penjuru dan semoga mampu menggetarkan semangat para siswa untuk dapat menjadi generasi penerus yang melanjutkan perjuangan para pemuda tahun 1928.

Acara juga dibuka dengan sambutan kepala sekolah, Mr. F. David Ludiranto untuk memberikan pesan-pesan penting tentang makna sumpah pemuda dan tujuan dilaksanakan acara tersebut. Rangkaian acara lain untuk mengukur seberapa jauh siswa dapat berkonsentrasi dengan penampilan sosiodrama tersebut, siswa diberikan 20 pertanyan menggunakan aplikasi Quizizz. Link untuk setiap levelnya diberikan melalui chat box dan diberikan hadiah untuk 3 pemenang dengan skor tertinggi. Dengan keterlibatan siswa ini diharapkan siswa mampu menghargai kreatifitas acara yang disajikan.

Dan merupakan acara yang tentunya paling dinanti siswa adalah pengumuman lomba berbahasa yang diikuti seluruh siswa. Lomba yang diikuti siswa merupakan lomba berbahasa yang semuanya dibuat dalam bentuk video dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesi, bahasa Inggris, dan bahasa Mandarin dengan jenis lomba yang berbeda. Untuk bahasa Indonsia dan bahasa Inggris dibedakan dengan pembagian tertentu. Ada yang pembagiannya berdasarkan lower dan upper ada juga yàng berdasarkan basic dan mahir seperti untuk mandarin dan bahasa Inggris lower. Khusus untuk semua juara satu dari semua kategori, ditayangkan cuplikan videonya yang ternyata memang merupakan karya terbaik yang luar biasa. Dilanjutkan penayangan semua pemenang dari juara 1 hingga 3 untuk setiap jenis lomba dan levelnya. Semua siswa yang menyaksikan tampak berdebar saat pengumuman lomba ini. Dari kegiatan lomba ini diharapkan siswa mampu mengekspresikan dirinya dalam berbahasa dan mampu bersaing secara positif dan berprestasi.

Seluruh raangkaian kegiatan dirangkum dalam bentuk renungan dan refleksi seluruh kegiatan. Renungan dan refleksi dibawakan oleh Ms Mekar yang sekaligus PIC acara kegiatan ini. Dengan gayanya yang puitis, Ms Mekar memberikan sebuah renungan tentang bagaimana perjuangan dari pemuda jaman dulu perlu dilanjutkan dan persatuan di negara ini terus untuk diperjuangjan. Kegiatan perayaan Sumpah Pemuda yang mengusung tema Pelajar dulu, kini, nanti ini menjadikan acara yang cukup bermakna dan dapat memberikan pembelajaran buat kita semua baik dalam memaknai sumpah pemuda itu sendiri, perjuangan para pemuda jaman dulu, dan bagaimana kita sebagai pemuda dalam menyikapi perjuangan kita untuk tetap mempersatukan bangsa ini dan juga tentunya mengisinya dengan berkreasi positif untuk membangun negri ini. Hal lain juga tentunya banyak hal yang perlu ditingkatkan dalam berbagai segi karena tentunya acara terebut akan lebih baik lagi setelah kita mampu mempelajari kekurangan-kekurangannya.

Ke depan, tentunya kita akan melaksanakan kegiatan serupa sehingga kita mesti memikirkan kegiatan serupa yang lebih baik lagi. Mungkin seandainya sekolah sudah melaksanakan kegiatan tatap muka, sekolah akan lebih bisa melibatkan siswa dalam berbagai rangkaian acara. Dan sangat memungkinkan kepanitiaan akan secara langsung dipegang oleh siswa sehingga siswa akan dapat belajar untuk mengorganisasikan sebuah acara. Ini tentunya akan lebih bermanfaat bagi siswa sebagai sarana pengembangan diri. 














Rabu, 27 Oktober 2021

A Boy with A Little Dream



This was about a boy named Ayo. The boy was born in a small village on the border of three regencies, Brebes, Banyumas, and Cilacap. In his childhood he did not have high dreams like his friends. Only the figure of a teacher he admired. Teachers who can make him read, write, sing, make crafts to teachers who can make him happy and also afraid if he didn’t do his homework. He didn't expect much from a simple life in the village except to be able to continue his education in junior high school because his three sisters only studied in elementary school and ended up getting married early. Likewise, almost all his friends have enough getting their education in an elementary school to prepare for the next life.

His hope to continue his education was almost dashed because he had to face reality that it was not that easy to make sure his parents about pursuing his higher education. Luckily a teacher had saved him and managed to persuade his father so that the boy could continue his education.

The period of education in junior high school went on with difficulty but finally ended and managed to hold the high school diploma that was so dreamed of. The encouragement from his sisters who did not go to school was very meaningful as well as financial support from one of his older sisters who had a small business in the village.

It became a very extraordinary thing and everything happened unexpectedly when the boy got support from several relatives to continue his education in high school. It was no problem for him to attend the only school in the sub-district town of Gumelar. The only high school that exists and is just starting out with small numbers of students and poor facilities. For him, being able to go to high school had become something to be very grateful for because not all of his friends can continue their education to high school. He finally enrolled to SMA PGRI Gumelar the only school in town.

However, something happened until one day the boy had to decide not to continue to the high school. His parents and relatives did not understand what he was thinking. His passion to study in high school suddenly subsided and took another decision. On the first day of school, the boy did not go to school to continue his dream. He decided to change his direction of dream by going to the big city, Jakarta to try his luck and intended to find work. He thought it would be the best way to grab his future. The decision was taken after he received interesting information from a relative and made him change his mind and make a crazy decision.

Unluckily, it can be said that his departure was not the best decision so that after approximately three months in Jakarta, the boy who graduated from junior high school had to return to his village to feel guilty and ashamed of his parents and siblings because it turned out that the promised job did not come true.

A few months unemployed at home, reflecting on his regrets and the boy intended to return to the city for a second try. It was luckier this time because the jobs offered actually existed. A few months working in a kind of shampoo factory, the boy still felt how his job was not what he dreamed of. He realized that school was the best he had to go through in his teenage years. “I have to go back to school. I want to wear a gray and white uniform.' Until one day a letter came from his father, asking him to go home and return to the school he had enrolled in before. Apparently God heard the prayer of a child who was stranded in the world of work that was not yet time. His desire to go to school never stopped. The decision to work was just an emotional decision that he had turned out to be the wrong one.

There’s nothing to be regretted in this life. There is still a chance to arrange his dream. Walking miles to go to school with sweat on the forehead and staggered feet to be able to achieve his high school. He finally achieved a high school graduate with all of his struggles.

Finally, the boy was then walking gallantly towards a small town, Purwokerto with a high school certificate in his hand. His parents, who had realized how much their only son needed an education, sent him to a course for the next provision. A course institution called Gamacom became his choice. For a year he struggled with new things by studying office administration. He obtained various course certificates such as computer, accounting, English, typing and certificates of expertise in other office administration fields.

Armed with a course certificate that he obtained for one year, the boy began to explore himself to try his luck working in the city. Departing from several supermarkets, then stranded in a photo studio which made it a pretty promising job at that time. Approximately three years the boy struggled with the world of administration in the photo business.

On October 10, 1997, the boy bravely married a girl he loved at the age of 24. He thought he had already earned and decided to have a family. Unfortunately, no one thought that the 1998 incident shook all aspects of life, including his family. It had to be crushed by the beating of the country's economy which was also chaotic at that time. The wife he loves only got the first three months of salary from her husband's job because after that she has to be laid off from her workplace. Photo studio companies were forced to fall out of business because of the crazy monetary crisis.

The worsening economic condition of the country worsened the condition of the boy's family until the child of the marriage was born. Many kinds of work had been done to survive. Several times the boy worked as a salesperson in a company and also a salesperson of selling snacks. Uncertain income coupled with increasing needs made him no longer strong enough to support the household economy until he finally decided to try his luck to become a migrant worker in neighboring Malaysia. But God did not allow it because the health conditions did not meet the requirements.

The wife, who felt that she had good English skills at that time, tried propose to register to become a women worker in Taiwan. With compulsion and agreement from all families, the wife finally flew to Taiwan to help her husband, who at that time was very difficult to find work even though he was just for a shop assistant. High school diplomas and courses that are very proud of as if they have nothing anymore.

The obstacles of life seemed unstoppable but the little family had a strong belief that all them would surely end. The husband, who was in the small town of Purwokerto, still continued to peddle the product of a snack manufacturer with his old motorbike. He travelled around the town to the outskirts of town knocking on small shops to offer his luggage that hangs on the back of his motorbike. His sweat was always pouring out between the heat of the city of Purwokerto. The only hope was being able to go home bringing a little profit to be able to buy the baby's milk.

Luckily, his wife who was in another country got the kindness of her employer. Many things were learned while in Taiwan, from learning life, struggle, and learning the language. This made her keep the spirit to fight for the little baby who was left with his husband and parent in-laws.

Until one day when the wheel of life continues to spin and that's when God has given incomparable goodness. The village boy tried to get up his courage to continue his studies at a private university in Purwokerto. There was a kind of subtle whisper that he should major in English Teacher Education. A ray of bright light began to reveal the dark veil that will save his little family. While studying the village boy got a better job, by becoming an English tutor at a course institution.

The period of education at the university finally ended with all the struggles. The boy got a job as a teacher at a public high school on the outskirts of Purwokerto as an honorary teacher. Armed with a bachelor's degree in English Education, the village boy who was once abandoned has now turned into a teacher who is certainly very proud of his family. Moreover, his three older siblings only graduated from elementary school and did not think that his younger brother could become a teacher. The teacher, who in the village used to be, was a figure who was greatly admired by all the villagers including himself because of his very noble and respected profession. Teachers are able to be an example in society in any field other than their work at school.

Now, the village boy has become a teacher at a well-known private school in the small town of Purwokerto. A school with SPK status called Puhua School which implements a national curriculum as well as a foreign curriculum that offers the best education for the people of Purwokerto and its surroundings. In his age now he was determined to continue devoting himself to become a teacher. The teacher figure he once admired when he was still in the village. It’s not that easy to change his life but he said that it is never too late for him to continue learning and improving himself. In his resolve, 'I must always be a true learner and be of benefit to others. It's never too late to keep learning and doing good."

 


Senin, 18 Oktober 2021

REFLEKSI QUARTER 1

 REFLEKSI QUARTER 1 


Untuk mengawali refleksi ini saya sedikit akan mengutip kata-kata bijak dari George Bernard Shaw bahwa "Kemajuan tidak mungkin dicapai tanpa perubahan, dan mereka yang tidak dapat berubah pikiran tidak dapat mengubah apa pun." Demikian kalimat bijak ini cukup menarik dan saya mencoba untuk dapat mencermati makna kalimat tersebut bahwa kunci sebuah perubahan terjadi pada pikiran kita. Maka untuk memulai sebuah perubahan untuk sebuah tujuan kemajuan pada bidang apapun akan dibutuhkan perubahan pada pikiran kita.

Dalam perjalanannya, Puhua School yang sedang menapak pada sebuah perubahan dari sekolah nasional menjadi sekolah SPK, telah mengalami banyak sekali perubahan baik perubahan fisik sarana prasarana maupun kurikulum dan juga sumber daya manusianya. Hal ini saya rasakan dari sejak masa persiapan hingga pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran pada quarter 1 tahun pelajaran 2021-2022 ini. 

Beberapa perubahan yang paling dirasakan saya sebagai guru adalah bahwa khususnya dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru yaitu mendidik dan mengajar, kali ini terasa sekali bahwa saya selalu memikirkan untuk membuat pembelajaran menjadi diminati dan disukai siswa. Hal ini artinya saya banyak menghabiskan waktu untuk mencari metode yang tepat dan menggunakan beragam aktivitas yang memancing siswa untuk aktif belajar. Banyak tantangan buat saya baik sebagai guru jaman sekarang pada umumnya maupun tantangan sebagai guru di sekolah ini yang merupakan sekolah yang berkomitmen memberi pelayanan yang terbaik, berbeda, dan memiliki tujuan sesuai Visi dan Misi sekolah. 

Selain itu, sebagai guru saya merasa telah banyak perubahan yang saya alami yaitu menjadi seseorang yang selalu ingin tahu tentang perkembangan teknologi khususnya teknologi yang membantu dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Di sini saya selalu mencari tahu dan berusaha mengulik aplikasi yang sesuai untuk pembelajaran, baik untuk menyiapkan materi maupun untuk icebreaking. Aplikasi yang sudah saya pelajari dan terapkan diantaranya adalah: Wordwall, Nearpod, Quizezz, Mentimeter, Sli.do, Blooket, Padlet, flipgrid, Kaizena (for feedback), Canva, KineMaster, Animaker, Spark adobe, dan Video Pad. Masih banyak lagi aplikasi yang belum saya pelajari dan explor lebih dalam. Dengan berbekal aplikasi yang dikuasai tersebut, saya merasa sangat terbantu untuk membuat variasi kelas dalm pembelajaran. 

Perubahan status sekolah dari sekolah nasional menjadi SPK juga banyak berdampak bagi proses pembelajaran secara menyeluruh. Saya merasakan bahwa proses pembelajaran sekarang sangat berbeda dengan dulu. Perubahan yang saya rasakan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu siswa selalu diajak untuk aktif membaca 10 menit pada period pertama dan membuat refleksi pada period terakhir. Hal ini merupakan usaha yang nyata untuk mengajak anak untuk terus membaca dan menulis.

Perubahan lain yang saya rasakan yaitu kita selalu ditantang untuk aktif dan kreatif serta innovative. Untuk itu sekolah selalu menawarkan berbagai lomba seperti menulis, membuat video pembelajaran dan lain-lain serta mengembangakan kemampuan pribadi maupun profesional yang mendukung pekerjaan dan karir. Beberapa kali mengikuti Seminar/Webinar untuk peningkatan kualitas guru telah diikuti dengan senang hati. Walaupun masih banyak even yang terlewat karena waktunya tidak sesuai. Selain pengembangan pribadi yang sering diikuti juga kita selalu dibiasakan untuk memberikan masukan, evaluasi, dan refleksi untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Hal ini sangat bermanfaat bagi guru kareana kita selalu belajar berfikir kritis dan analitis. 

#ayosugiryo.blogspot.com





Sabtu, 21 Agustus 2021

Kemerdekaan menulis cerpen dengan tema 'Kemerdekaan'


Kali ini saya akan berbagi sedikit kisah mengenai pengalaman saya menjadi juri dalam acara lomba dalam memperingati perayaan HUT RI ke 76 di sekolah. 

Dalam even tersebut saya ditunjuk oleh ketua panitia menjadi juri lomba menulis cerpen. Awalnya saya berfikir akan merasa terbebani dengan tumpukan tulisan dari anak-anak tersebut. Setelah menjelajah ke alam cerita yang disajikan anak-anak dalam cerpennya, saya seperti sedang membaca buku antologi cerpen karya anak yang ternyata tidak dapat saya bayangkan sebelumnya. Saya bersyukur bisa menjadi penikmat cerpen anak-anak yang sangat beragam dan menarik. Akhirnya, saya tidak berfikir untuk dapat menghakimi tulisan mereka sesuai kriteria yang ditetapkan. Tulisan adalah hasil imajinasi dan kreatifitas dalam mengolah kata dan mengolah rasa. 

Ada duabelas cerpen yang mesti saya baca dari duabelas kelas. Anak-anak memiliki imajinasi yang kuat dan tajam dengan tema yang diberikan yaitu 'Kemerdekaan'. Dengan diberikan kebebasan untuk menceritakan dengan tema tersebut sesuai dengan imajinasi mereka ternyata mampu menghasilkan tulisan yang tak terduga. 

Cerita demi cerita berlalu dan saya menemukan banyak sekali keragaman perspektif siswa dalam berimajinasi. Dari keduabelas cerita, masing-masing mempunyai tokoh masing-masing dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Yang menarik adalah, mereka mampu membuat cerita dengan alur yang bervariasi dan sesuai imajinasi mereka. 

Sebagian anak menceritakan tentang kisah imajinasi mereka saat perayaan HUT Kemerdekaan RI yang setiap tahun diadakan dengan kisahnya masing-masing. Ada yang berkisah tentang seorang anak yang baru pindah ke sebuah desa yang terpencil dan sangat kecewa karena ternyata di desa tersebut warganya tidak peduli dengan acara kemeriahan sebagaimana umumnya terjadi di tempat lain. Hingga dia berjuang untuk mengusulkan ke pemimpin desa dan akhirnya dengan perjuangannya dia mampu membuat desa itu meriah dengan acara yang dia usulkan.

Banyak cerita yang menarik dan luar biasa yang tiba-tiba saja muncul hanya dengan pancingan kata kemerdekaan. Mungkin di balik itu semua, juga ada dorongan semangat nasionalisme yang membara pada diri anak-anak sehingga mereka berusaha membuat sebuah cerita yang menarik sesuai versinya. 

Sengaja saya tidak menceritakan siapa pemenang lomba menulis cerpen di sini, karena bagi saya menulis cerita bebas bertema kemerdekaan tersebut merupakan kemerdekaan tersendiri bagi para siswa sehingga mereka mampu berkarya dengan gaya mereka. Tentunya setiap tulisan yang terkumpul terdapat kekurangan di sana-sini baik ejaan, kaidah penulisan cerpen, tanda baca, dan lain sebaginya, seperti kriteria penulisan sesuai ketentuan lomba. Namun bagi saya semua mereka adalah pemenangnya, karena mereka telah mampu membuat saya belajar dari imajinasi dan pemikiran anak-anak yang luar biasa.

#AiseiWritingChallenge,#August18WritingChallenge,


Sabtu, 31 Juli 2021

Maju Mundur PTM Bukan Halangan


Banyak siswa menyatakan sudah kengen sekolah, kangen teman, dan kangen guru ketika saat itu siswa diminta menuliskan refleksi dalam salah satu sesi acara orientasi siswa yang diadakan sekolah pada tanggal 21 hingga 23 Juli lalu. Keinginan mereka memang beralasan. Kejenuhan dan kangen rupanya sudah membuncah dan tak tertahankan lagi. 

Pembelajaran tatap muka atau lebih dikenal dengan PTM sudah menjadi nyanyian sehari-hari bagi setiap insan pendidikan saat ini. Sementara rasa kangen siswa dengan guru atau sebaliknya harus ditahan terlebih dahulu. Kerinduan yang tertahan ini akan terus berlangsung samapi batas waktu yang belum bisa ditentukan. 

Banyak pula sekolah yang sudah mempersiapkan pembelajaran tatap muka. Berbagai sarana prasarana sudah dipenuhi oleh sekolah termasuk simulasi pembelajaran dalam masa pandemi, SOP pembelajaran tatap muka, dan melengkapi proposal yang disyaratkan untuk pembelajaran tatap muka ke dinas pendidikan sudah dilakukan. Namun hasilnya, masih harus bersabar dan berdoa. 

Kita tentu tidak hanya bisa berharap wabah ini cepat pergi tetapi tidak melakukan apapun. Kalau begitu, sama saja seperti si pungguk yang selalu merindukan bulan. Tentunya kita harus turut serta di dalamnya. Satu orang melakukan tindakan kecil sesuai protokol kesehatan, dampaknya akan luar biasa. Jadi tidak perlu menunggu orang lain melakukan terlebih dahulu, apalagi cuma menyalah-nyalahkan kebijakna pemerintah. Mulailah dari sekarang dan dan dari diri kita sendiri saja.

Kembali ke pembelajaran tatap muka, usaha yang sudah dilakukan sekolah untuk mempersiapkan pembelajaran tatap muka dari A hingga Z memang sudah seharusnya dilakukan. Tidak ada yang sia-sia dari segala usaha dan persiapan, sehingga ketika PTM itu benar-benar dilaksanakan, semua sudah tinggal cus

Kerinduan siswa dan guru untuk bersua, belajar, dan berkolaborasi dalam kehingaran kegiatan di sekolah memang sudah menjadi keinginan yang tak terbendung lagi. Walaupun faktanya harus menunggu dan menunggu lagi. Tetapi kita tidak berhenti sampai di situ dan terus berupaya untuk mencari cara agar pembelajaran online terasa offline. Kedengarannya seperti mustahil tetapi hal ini mungkin terjadi walaupun masih jauh dari yang kita inginkan seperti the real classroom. Setidaknya sekolah atau guru sudah berusaha mengadopsi berbagai aplikasi online untuk membuat pembelajaran terasa seperti tatap muka. Workshop online dan gratis yang menawarkan berbagai alternatif pembelajaran online menarik bertebaran di grup-grup WA. Tak ketinggalan banyak youtuber yang peka dan kreatif menawarkan banyak game icebreaking untuk pembelajaran online. Jadi, sekarang bukan waktunya lagi untuk mengeluh dan meratapi kapan PTM tetapi mencoba menikmati sambil mencari solusi. Mungkin itu yang bisa kita lakukan sekarang.

#July31WritingChallenge