Rabu, 28 April 2021

Dua Gadisku Belajar Online Sambil Mengasuh Batita



Pandemi Covid19 yang melanda dunia ini sudah melewati masa satu tahun dan kami sungguh merasakan bermacam-macam penyesuaian baik di bidang pekerjaan maupun di keluarga. 

Banyak cerita tentunya dari berbagai sisi kehidupan baik yang terimbas lansung oleh pandemi ini khususnya bagi mereka yang terpapar virus ini. Bagi masyarakat pada umumnya yang tidak secara langsung terkena dampak pun sangat merasakan betapa mereka harus melakukan banyak perubahan untuk menyesuaikan kondisi ini, diantaranya pola hidup sehat dan bersih tidak berkerumun, dan penyesuaian lain seperti diterapkanya PSBB ataupun PPKM dari pemerintah. Hel ini tentunya telah merubah banyak pola dan tatanan kehidupan.

Begitu pula yang terjadi di keluargaku. Banyak sekali hal baru yang harus dirubah baik kebiasaan maupun hal-hal yang tidak biasa menjadi biasa. Awalnya, kami merasa kewalahan dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan siswa belajar di rumah dengan sistem online. Bagi kami mungkin tidak sekedar harus memenuhi gadjet anak-anak dan pengawasan terhadap belajar anak. Saya percaya anak-anak kami mampu bertanggungjawab dengan tugas-tugas sekolahnya karena mereka sudah memasuki sekolah menengah (SMP dan SMA). Yang kami pikirkan dan harus segera dicari solusinya adalah anak kami yang baru 2 tahun. Saat itu dia berada di full day school atau istilah lainnya tempat penitipan anak dengan tujuan anak bisa mendapatkan pendampingan bersama pengasuh atau gurunya di sekolah tersebut dari pagi hingga sore. Karena kami berdua, saya dan istri harus bekerja hingga sore pula. 

Kami berdiskusi sekeluarga termasuk anak-anak kami. Bagi kami full day school itu merupakan solusi bagi anak kami yang masih 2 tahun tersebut karena dia bisa bermain, mandi, makan, berteman, dan melakukan kegiatan lain yang sudah terprogram di sekolah penitipan tersebut. Namun kebijakan ini telah membuat kami harus berfikir keras tentang bagaimana caranya semua anak-anak kami bisa mendapat haknya secara maksimal.

Di rumah, kami mengadakan rapat kecil dan kami berdua mengusulkan ada seorang yang mengurusi si kecil dari pagi hingga sore hari. Namun usulan itu pun masih terdengar samar bagi anak-anak yang mengerti perasaan orang tuanya. Anak-anak kami tanggap dan mereka mengusulkan pendapat yang di luar dugaan kami. Kedua anak gadis kami yang bersekolah di SMP dan SMA tidak menghendaki adanya pengasuh di rumah karena mereka merasa bahwa keberadaan orang lain malah justru mungkin menambah ketidaknyamanan mereka di rumah. Belum tentu orang tersebut akan bisa bertanggungjawab penuh dengan tugas-tugasnya mengurus si kecil apalagi kalau memang belum berpengalaman. Hal tersebut disampaikan karena beberapa tahun lalu juga pernah mengalami hal serupa. Maka mereka bersikukuh untuk tidak mempekerjakan seorang pengasuh.

Lalu, apa solusinya? Mereka menghendaki bahwa mereka sendirilah yang akan mengasuh si kecil sambil mereka belajar online di rumah. Kami terdiam mendengar usulan mereka dan membayangkan betapa mereka repot sekali mengurusi anak sambil belajar. Rasanya tidak adil bagi kami yang seolah-olah telah melimpahkan tanggungjawab kami kepada anak sendiri.

Tapi kami juga harus menghargai keinginan mereka. Mereka akan belajar untuk melakukan semua itu dengan penuh tanggung jawab. Pasti repot, pasti banyak hal yang tak terduga, bahkan mungkin tugas-tugas sekolah akan banyak yang tertinggal. Tetapi itulah mungkin jalan satu-satunya yang bisa ditempuh untuk saat ini. Kami hanya berdoa dan berharap situasi ini segera berlalu dan si kecil dapat bermain dan bersosialisasi lagi di tempat penitipannya dan anak-anakku yang lain bisa bersekolah dengan baik. 

Seiring berjalannya waktu, banyak sekali cerita sehari-hari yang kadang membuat hati kami tersentuh dan sekaligus bangga melihat betapa mereka melakukan kerjasama yang susah dimengerti oleh pemikiran kami. Bisa dibayangkan ketika mereka dengan sendirinya membagi tugas mereka sendiri. Misal, sang Kakak yang SMA mendapatkan bagian memandikan, mengganti pakaian, membersihkan adik setelah poop, dan menemani ketika mau tidur siang. Kemudian si Adik yang masih SMP bertugas membuat susu botol, membuatkan makanan kecil, dan menyuapi. Tugas-tugas tersebut memang kadang dilakukan bersama-sama ketika salah satu kewalahan karena si kecil meronta atau menangis.

Pernah diceritakan bahwa suatu hari ketika sang Kakak sedang pelajaran melalui zoom dan si kecil harus berada di dekatnya, tiba-tiba si kecil melihat seorang guru dengan memakai hijab sedang memberikan materi pelajaran dan memanggil guru tersebut dengan panggilan "Ibu", sang guru membalasnya dan mengajak berbicara si kecil sedangkan pembelajaran sedang berlangsung. Si kecil mengira bahwa guru tersebut adalah ibunya dan dia merasa sangat senang diajak berbicara di zoom. Sang Kakak tak kuat menahan air matanya yang membendung di kelopak matanya. Mendengar cerita itu kami berdua tak kuasa menahan butiran air mata dan sang Ibu langsung memeluk sang Kakak. 

Masih banyak kisah lain yang sempat mereka ceritakan pada kami. Suatu hari pada saat ulangan yang tentunya dibatasi waktu, tiba-tiba si kecil meminta meraung meminta laptop yang dipakai si Adik. Si Adik kebingungan dan akhirnya menghubungi kami via WA untuk mohon dispensasi ke gurunya dengan permasalahan tersebut. Kami juga telah menginformasikan dan memohon kebijaksanaan kepada wali kelas masing-masing bahwa anak kami tersebut mungkin sering terlambat mengumpulkan tugas atau terganggu saat online meeting. Wali kelas tersebut bukan hanya memberi dispensasi tapi mereka justri memberi motivasi kami bahwa anak kami merupakan anak yang bisa dibanggakan. Mereka tidak hanya belajar mata pelajaran, tetapi ada yang lebih berharga bahwa mereka telah belajar memahami kehidupan yang sebenarnya. Mereka mendapatkan pembelajaran hidup yang mungkin teman lain tidak mendapatkannya. Kami pun bernafas lega dan terus menyemangati kedua anak gadisku tersebut. Teruslah berjuang anak-anakku. Teruslah belajar dan kami yakin kalian akan mendapatkan kesuksesan di masa mendatang dengan berbekal niat baik dan tulus untuk melakukan suatu pekerjaan besar bagi orang tua dan orang lain. Di pundak kalianlah bangsa ini dititipkan. Jadilah wanita-wanita yang kuat seperti Kartini.

#April27WritingChallenge,#inspirasikartini,#kurikulumngumpet

Previous Post
Next Post

An English teacher of SMA Puhua Purwokerto who wants to share every moment in life.

10 komentar:

  1. Balasan
    1. Keterpaksaan dan kondisi yang membuat anak-anak hebat. Terimakasih Pak.

      Hapus
  2. Luar biasa pak semangat untuk kartini-kartini masa kini. Berjuang untuk bisa menyeledaikan tugas-tugas srkolah serta membantu orang tua mengasuh adeknya.. Sukses untuk semua aamiin

    BalasHapus
  3. Masyaa Alloh... Tulisan pak Sugriyo selalu menginspirasi banyak orang lain... Semangat ayoo buat buku lagi 👍👍

    BalasHapus
  4. Mantap pokoke, inspirator sejati.salut buat Saudaraku ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maturnuwun Pak. Terimakasih selalu support saya.🙏

      Hapus
  5. Maasyaa Allah. Kerennya anak2nya laoshi nih. Baarakallahu fiikum

    BalasHapus
  6. Bisa jadi referensi buat how to parenting banget nih

    BalasHapus