Jumat, 30 April 2021

Jaman Now, Masih Butuh Sahabat?

 


Sahabat bisa diartikan sebagai orang terdekat kita yang akan selalu mengisi dan mengerti tentang diri kita begitu pun kita sebaliknya, baik itu penderitaan, kebahagiaan, kekecewaan, kemarahan, dan lain-lain. Sahabat bisa menyimpan rahasia kita dengan rapat. Sahabat mampu membantu memecahkan masalah yang menimpa kita. Mungkin itu definisi sederhana mengenai sahabat. Sahabat bisa terdiri dari orang tua kita, anak-anak kita, teman dekat atau siapapun yang bisa menjadikan tempat berlabuh.

Dulu, sebelum jaman ini bergeser sedemikian pesatnya, setiap orang akan mencari tempat mengadu, berkeluh kesah, atau istilah sekarang dikenal dengan curhat. Kita akan memanfaatkan keberadaan sahabat  sebagai orang terdekat yang akan mampu menampung berbagai keluhan kita atau bahkan berbagi bahagia.

Seserorang akan merasa nyaman dan lega ketika segala apa yang dirasakan sudah sampai ke telinga sahabat walaupun kadang sahabat hanya pada taraf mampu mendengarkan dan sedikit mengerti. Apalagi kalau sahabat mampu sedikit memberikan nasehat, atau bahkan bisa memberikan solusi. Ada juga yang memfungsikan sahabat sebagai tempat untuk menunjukan sesuatu yang dia punyai, misal sebuah karya kecil atau sekedar ingin memamerkan prestasinya atau bahkan menceritakan kegagalannya.

Sebuah contoh kecil, datanglah seorang teman pada sahabatnya. Menceritakan semua keluh kesahnya, ketika saat itu dia merasa sangat kesal dengan temannya. Serasa dia ingin menumpahkan kekesalannya saat itu juga sepuas-puasnya dengan kata-kata tajam menusuk, namun tidak ada keberanian untuk melakukan itu karena bagaimanapun juga dia masih berfikir akibatnya dan perang pun tidak akan terhindarkan lagi. Di situlah seorang sahabat mampu meredakan emosinya yang meluap. Betapa luar biasanya peran sahabat saat itu sehingga perang antar teman itu tidak terjadi.

Saat ini, suka tidak suka, peran sahabat sudah mulai bergeser. Kadang bisa dibutuhakan kadang juga tidak. Curhat dengan orang yang tepat, tidak selalu dilakukan karena kita sudah mempunyai mesin yang bisa membantu menyampaikan pesan perasaan tadi dengan segera tanpa harus ada kontak mata. Melalui status WA atau story di FB atau IG pesan kilat akan segera terkirim dan jikalau orang yang dituju itu membacanya maka kepuasan batin sudah tercapai. Tak perlu ada respon tertulis, si pengirim pesan sudah cukup merasa terwakili untuk meluapkan kekesalannya, misalnya. Lalu, bagaimana bila ternyata mendapat respon dari yang dikirim, dan yang merasa dikirimi pesan menjadi balik marah? Semuanya tetap akan aman karena pengirim bisa berkilah. Biasanya dalam mengumpat atau melampiaskan kejengkelan di Status atau story di sosmed si penulis akan menyamarkan untuk siapa dia menuliskan pesan itu, tidaklah begitu jelas. Sehingga ini sangat mudah untuk melempar batu sembunyi tangan.

Jadi apakah sekarang sahabat masih diperlukan? Ketika keluh kesah dan apapun yang ada di pikiran kita dan apa pun yang kita rasakan sudah ada mesin penampung yang bisa menyampaikannya? Mungkin memang tidak bisa memberikan solusi buat kita, tapi kepuasan batin sudah terpenuhi di dada kita. Dan kita akan menjadi terbiasa dan tidak lagi merasa canggung untuk membeberkan permasalahan pribadi ke publik. Rasanya sudah menjadi hal biasa dan kadang tanpa kendali hingga kita tahu permasalahan rumah tangga si A lewat status WA-nya. Kepribadian seseorang akan mudah terbaca dengan hanya lewat story-storynya di IG. Memang tidak ada batasan maupun larangan bagi siapapun untuk mencurahkan apapun di status sosial media. Tetapi privasi kita masih perlu kita jaga kalau kita masih ingin memiliki apa itu harga diri.

Previous Post
Next Post

An English teacher of SMA Puhua Purwokerto who wants to share every moment in life.

0 comments: