Kamis, 23 Desember 2021

Mengapa 'Happy Ending'?

Teringat masa kecil dulu, saat masih bersama orang tua dan tinggal di desa, tidak setiap saat bisa makan enak seperti anak-anak jaman sekarang. Untuk bisa makan nasi dengan telur saja sudah luar biasa walaupun orang tuaku memelihara ayam dan bertelur cukup banyak. Bukannya pelit atau atau tidak sayang anak, mereka hanya berfikir cerdas untuk mengantisipasi kekurangan bahan makanan dalam jumlah banyak. Orang tuaku lebih memilih menukar telur dengan jenis bahan makanan lain yang nilai gisinya lebih rendah tetapi berjumlah lebih banyak, itulah alasannya. Sehingga ketika suatu hari bisa makan enak seperti nasi dan telur, momen ini menjadi sebuah peristiwa langka dan istimewa hingga cara memakannya pun cukup unik. Di awal kita makan dengan lauk lain terlebih dahulu baru makan telur menjelang detik-detik akhir. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepuasan maksimal dan seolah merayakan kenikmatan makan telur. Seandainya saja dulu tahu istilah happy ending, mungkin dulu aku akan menamakan perayaan 'happy ending'.

Bicara happy ending, mana yang lebih kamu sukai ketika menonton film, baca novel, menonton sinetron atau drama Korea, happy ending, sad ending, atau cliffhanger ending? Oh, iya mungkin ada yang belum tahu istilah cliffhanger ending. Cliffhanger ending adalah cerita yang menggantung di akhirnya, bahagia tidak, sedih tidak, atau cerita yang tidak jelas endingnya. Ketika aku tanya sebagian besar orang, kebanyakan memilih happy ending dibandingkan sad ending ataupun cliffhanger ending. Walaupun kadang cerita dengan akhir bahagia itu juga terasa membosankan tetapi itulah faktanya, banyak diantara kita yang memilih happy ending dalam menonton sebuah film atau drama.

Sama halnya seperti kehidupan ini bahwa setiap kehidupan layaknya sebuah cerita drama yang layaknya memiliki kisah yang dimulai dengan penderitaan yang penuh luka dan nestapa dan berakhir dengan bahagia. Namun ada kalanya memiliki cerita yang dari awal hingga akhir terus menderita. Atau juga ada yang berawal bahagia dan berakhir nestapa, atau pun ada juga yang cerita yang tidak memiliki kejelasan di akhirnya. 

Sebuah perjalanan hidup seseorang yang diawali dengan penuh perjuangan dan kerja keras diharapkan mampu memiliki kebahagiaan di masa tuanya. Katakanlah seorang anak yang terbiasa hidup sederhana dan penuh tantangan serta banyak mengalami rintangan akan mengambil sikap untuk mempertahankan hidup untuk mencapai kesuksesan di akhir untuk mendapatkan kebahagiaan sempurna di akhir kisah hidupnya. 

Begitupula hampir setiap orang tua akan merasa puas dan bahagia ketika di masa tuanya melihat anak-anaknya sukses dan hidup bahagia. Tentunya, mereka akan merasakan puncak kebahagiaan yang sempurna pula.

Memang sebgian orang akan menganggap bahwa ukuran kebahagiaan adalah kesuksesan. Jadi ketika sukses itu diraih sejak masa muda, artinya seseorang akan selalu merasa bahagia. Namun, ukuran sukes dan bahagia itu sendiri bagi setiap orang tidaklah sama. Ada yang mengukur sukses dari karirnya, dari kekayaannya, dari jabatannya, dari popularitasnya, atau sukses setelah melihat anak-anaknya sukses sehingga disitulah kebahagiaan tercapai. 

Lalu, bagaimana dengan mereka yang baru mencapai sukses ketika berada di akhir saja dan setelah melewati masa-masa sulitnya yang panjang? Apakah mereka tidak mendapatkan kebahagiaan sejak masa-masa perjuangannya? Tentu tidak, karena bagi sebagian orang akan memilih untuk berbahagia setiap saat. Orang-orang ini tentunya bukan tipe orang yang suka menonton cerita happy ending, atau cara makan happy ending sewaktu aku kecil dulu, tetapi mungkin juga tidak. Karena kebahagiaan bagi orang-orang ini bisa didapatkan kapan saja. Tetapi hal ini tidak bisa disamakan dengan menonton film tadi. Tidaklah seru ketika menonton film dari awal hingga akhir penuh dengan kebahagiaan karena tidak memiliki ending yang seru dan cara menikmati hidup tentunya tidak sama dengan cara menikmati cara makan dan nonton film tadi.

Jika memungkinkan, yang bisa kita lakukan adalah bagaimana caranya untuk menciptakan kebahagiaan setiap saat dalam keadaan apapun. Wah, hal ini nampaknya mudah saja diucapkan tetapi sulit untuk dipraktekan. Tetapi tidak ada salahnya kita mencoba untuk menciptakan bahagia kapan saja tidak seperti saat kita menonton drama. Atau kita akan selalu menikmati setiap lekuk liku problematika hidup dengan senyum bahagia dan menganggap itu semua sebagai tantangan yang akan berakhir bahagia. Atau mungkin juga bahagia itu akan selalu tercipta ketika kita mampu bersyukur dengan apapun yang kita miliki. 

#selaluinginmecobabahagiakapansaja

Previous Post
Next Post

An English teacher of SMA Puhua Purwokerto who wants to share every moment in life.

2 komentar:

  1. Tak perlu menunggu bahagia untuk tersenyum, tp tersenyumlah maka hati akan bahagia. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, benar sekali Bu. Terimakasih Bu Atik sudah berkunjung.

      Hapus