Minggu, 02 Mei 2021

Para Priyayi - Umar Khayam

 



Apakah Priyayi itu Masih Ada?


Pengarang       : Umar Kayam

Penerbit           : Pustaka Utama Grafiti

Cetakan           : 1992

Tebal                : 308 halaman 

 

Membaca buku ini ‘Para Priyayi’ karya Umar Kayam, dibutuhkan waktu cukup lama mungkin hampir 2 bulan. Buku ini aku dapatkan dari seorang pelopor giat baca di Puhua School Ibu. Angela Dwi Pangestika (Ms. Inge) yang dengan kerendahan hatinya dan tak henti-hentinya terus mengajak para guru dan karyawan Puhuaschool untuk membaca dengan menyediakan koleksi buku pribadinya. 

Dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan tersebut, di sela-sela waktu senggangku, aku selalu menyempatkan untuk menguak lebih dalam lagi apa itu sebenarnya ‘Priyayi’ itu dengan gaya penuturan yang khas dari sang penulis.

Memang tak ada yang menuntut aku untuk menyelesaikanya, tapi aku merasa rugi saja kalau tidak menyempatkan diri untuk berkutat dengan halaman-halaman yang warnanya sudah mulai kusam itu. Karena memang itu bukan buku baru, itu buku terbitan tahun 1992, tapi kenapa aku tertarik untuk membacanya?

Ketika itu pertama kali Ms. Inge menawarkan beberapa judul buku untuk dipinjamkan, saya langsung tertarik dengan nama ‘Umar Kayam’. Nama itu begitu menggelitik, karena saya pernah baca tulisan-tulisan beliau di surat kabar (entah kapan dan surat kabar apa) dan pokoknya ada rasa penasaran untuk bisa lebih mengenal gayanya dalam bertutur di bukunya. Akhirnya jatuhlah pilihan saya pada ‘Para Priyayi’ tersebut.

Dan benar juga, saya kesengsem. Banyak hal yang aku pelajari dari buku lama tersebut. Buku yang ditulis dengan gaya bahasa yang lugas dan nyentrik, wawasan sejarah yang komplit dan detail dari jaman jauh sebelum kemerdekaan Indonesia hingga jauh setelah Indonesia merdeka, tentang apakah dan siapakah sebenarnya Priyayi itu (hingga membuat saya melek) tentang priyayi yang sesungguhnya, bukan priyayi yang selama ini aku tahu dari pengetahuanku sendiri, priyayi yaitu seserorang yang memiliki keturunan darah biru atau keturunan pejabat yang bergaya hidup wah, bergengsi tinggi, memiliki tata krama baik dalam bertutur maupun bertindak tapi sedikit munafik. Itu definisi priyayi menurutku sendiri.

Dalam teknik penyajian ceritnya, buku ini lumayan unik menggunakan teknik pragmatik, jadi di setiap babnya, setiap tokoh berceritera menurut sudut pandang orang pertama yang menceritakan kisahnya masing-masing dan alur cerita tetap mengalir jelas. Inilah salah satu hal yang mebuat buku ‘Umar Kayam’ ini terasa beda.

Adalah tentang kekuatan semangat kebersamaan dalam sebuah keluarga besar (keluarga petani biasa yang akhirnya berjuang untuk menjadi cikal bakal sebuah keluarga priyayi) yang memiliki gaya hidup lebih baik dibandingkan sebelum menjadi priyayi, untuk saling membantu dalam setiap kesulitan dari setiap anggota keluarganya, kepedulian terhadap orang-orang disekitarnya, dan pendidikan keluarga yang sangat baik dengan membekali setiap anak dengan pendidikan keluarga yang cukup, walaupun dalam kenyataannya, msyarakat juga memberikan peran besar untuk mampu mempengaruhi hasil pendidikan keluarga priyayi tersebut. Ada kegagalan kecil yang dipengaruhi oleh situasi politik yang sedang berkembang hingga menggelincirkan salah satu anggota keluarganya. Namun kekuatan hubungan kekkeluargaan yang dibentuk semenjak anak-anak membuat keluarga tersebut saling mendukung dan menolong.

Singkatnya, banyak hal baik yang bisa dipetik dari cerita yang sangat baik ini. Bukan sekedar mengerti tentang seluk beluk kehidupan priyayi saja, tetapi lebih ke esensi pesan moral yang disampaikan bahwa berikanlah pendidikan rumah yang terbaik untuk anak-anak kita, dan tetaplah waspada terhadap pengaruh pendidikan masyarakat luas karena pendidikan masyarakat berpengaruh cukup besar untuk anak-anak kita sehingga kita sering merasa sudah memberikan yang terbaik, tapi ternyata pengaruh pendidikan luar rumah juga memiliki porsi yang cukup besar untuk membentuk karakter anak-anak kita.

Jadi, apakah priyayi itu sekarang masih ada?

Previous Post
Next Post

An English teacher of SMA Puhua Purwokerto who wants to share every moment in life.

2 komentar:

  1. Ayo Mr G... perlu stok buku menjelang libur lebaran yang kali ini tidak bisa ke mana-mana? :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Don't worry Ms. Masih ada buku yang belum dibaca, atau belum selesai baca. Salah satunya bukunya Ms. Inge "Jalan Menikung" lanjutannya "Para Priyayi". hehe...

      Hapus