Jumat, 31 Desember 2021
Rabu, 29 Desember 2021
Tahun Baru, Harapan Baru?
Merayakan pergantian tahun bagi sebagian orang telah menjadi kebahagiaan tersendiri bahkan menjadi malam yang sangat ditunggu entah apapun alasannya. Mereka tentu punya alasan masing-masing kenapa hal ini menjadi istimewa. Mungkin karena momen ini hanya terjadi setahun sekali. Dengan begitu kita tahu bahwa umur bumi dan alam semesta ini bertambah satu tahun dan menjadi semakin tua tentunya.Tetapi apakah hal ini yang menjadikan faktor penting bagi sebagian orang untuk merayakan malam pergantian tahun baru? Bukannya malam pergantian tahun baru itu hanya ditandai dengan beralihnya jarum jam yang berpindah dari jam 23.59 menjadi jam 00.00 di tengah malam dan hal serupa akan terjadi dalam setiap harinya? Tetapi itulah istimewanya kenapa pada tanggal 31 Desember ini menjadi luar biasa dan banyak dinantikan orang.
Mungkin bukan sekedar beralihnya waktu satu detik di tengah malam yang menjadikan malam itu begitu ditunggu. Banyak yang menjadikan momen ini penting karena disitulah waktu yang tepat untuk merefleksikan sesuatu yang pernah dialami selama setahun ke belakang dan merencanakan apa yang akan dilakukan minimalnya setahun mendatang. Kalau hal ini yang dilakukan setiap orang pada malam pergantian tahun tentunya akan terjadi banyak perubahan secara menyeluruh bagi setiap pribadi manusia.
Namun apa yang sering terjadi ketika malam pergantian tahun ini tiba? Banyak diantara kita yang menganggap sebagai momen yang tak boleh terlewatkan begitu saja sehingga menjadi ajang penyambutan berlebihan dengan mempersiapkan berbagai macam perayaan dan mungkin bahkan pesta pora. Memang tidak sedikit pula yang melakukan perenungan dan juga doa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta karena telah mampu melewati masa satu tahun dengan seggala pencapaian masing-masing.
Berbagai macam acara dilakukan untuk menyambut pergantian waktu yang istimewa ini. Dulu, sebelum pandemi, banyak orang mempersiapkan diri dengan berbagai rencana perayaan tahun baru. Bahkan pemerintah daerah juga menyiapkan sebuah acara perhelatan khusus penyambutan pergantian tahun dengan berbagai kemeriahan yang juga tidak sedikit menghabiskan anggaran untuk menyelenggarakan pertunjukan dan pesta kembang api. Mungkin sudah menjadi sebuah tradisi bagi orang jaman now untuk meluangkan waktu dan membuat acara demi penyambutan tahun baru tersebut.
Sebenarnya apa sih yang mesti kita sikapi dari pergantian tahun baru? Apakah sebaiknya kita berdiam diri di rumah atau di tempat ibadah dengan duduk bertekur berdoa sambil menunggu jarum jam bergeser? Atau hanya melakukan perenungan diri untuk merefleksikan apa yang selama setahun yang telah kita lewati dan merencanakan sebuah perubahan di tahun berikutnya? Atau sama sekali tidak melakukan kegiatan apapun karena memang malam pergantian tahun baru hanya persoalan waktu yang berganti seperti biasa.
Lalu, bagaiamana dengan mereka yang menyambut datangnya tahun baru dengan kegembiraan dan mengadakan berbagai kegiatan perayaan bahkan pesta? Apakah mereka telah melanggar norma atau nilai-nilai sosial di masyarakat? Atau bahkan mungkin sudah menjadi sebuah kepantasan bagi kita untuk turut serta merayakan kehadiran tahun baru tersebut.
Sepertinya tidak ada juga ketentuan, aturan, atau bahkan larangan tertentu yang mengatur bagi setiap orang untuk melakukan kegiatan penyambutan pergantian tahun. Jadi tidak ada salahnya buat yang benar-benar mau merayakan dengan berpesta ataupun yang hanya sekedar melakukan refleksi dan berdoa serta berpengharapan pada malam pergantian tahun. Hal ini tentunya tidak menjadi persoalan selama tidak saling mengganggu dan dijalankan sewajarnya.
Jika kita sadari, momen bergesernya waktu selalu terjadi setiap detik selama bumi ini masih berputar. Bertambahnya usia manusia dan juga alam semesta terjadi juga setiap saat, tidak di malam hari, pagi hari atau siang hari bahkan tidak juga di malam tahun baru. Jadi ketika kegiatan serupa dilakukan di malam yang lain atau malam apa saja tidaklah salah. Merenung, merefleksikan diri, berdoa, atau berharap bahkan berpesta dan mungkin menyalakan kembang api bisa dilakukan kapan saja dan pada momen apa saja yang tentunya sesuai kebutuhan.
Lalu, ketika kita ditanya, apa harapan dan doamu untuk tahun baru nanti? Mungkin kamu akan menjawab, semoga di tahun baru nanti semua akan menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya, atau jawaban ini, aku harus melakukan perubahan di tahun baru nanti. Harapan dan doa semacam itu tentunya sangat baik sebagai upaya motivasi dan refleksi diri. Namun mungkin doa dan harapan serupa juga bisa dilakukan kapan saja tidak harus menunggu pergantian tahun.
Sejatinya kita sebagai manusia tentunya tidak bisa berharap banyak terhadap apapun apalagi berharap pada waktu. Waktu memang berjalan tetapi sesungguhnya waktu adalah benda mati yang tidak bisa merubah apapun. Kalau kita pernah bilang perubahan akan terjadi seiring dengan perjalanan waktu, dan sebenarnya waktu itu sendiri tidak pernah merubah apa-apa, kecuali kita sendiri yang mau merubahnya. Ketika kita ada kemauan untuk merubah sesuatu dan kita melakukannya, sesuatu itu pasti akan berubah walaupun mungkin berjalan dengan sangat lambat tergantung dari upaya kita dalam melakukan perubahan. Dan ketika kita sudah melakukan banyak upaya untuk melakukan perubahan berharaplah hanya pada Tuhan yang Maha Menentukan segalanya.
#Edisirefleksimenjelangtahunbaru, #Oldandnew
Kamis, 23 Desember 2021
Mengapa 'Happy Ending'?
Teringat masa kecil dulu, saat masih bersama orang tua dan tinggal di desa, tidak setiap saat bisa makan enak seperti anak-anak jaman sekarang. Untuk bisa makan nasi dengan telur saja sudah luar biasa walaupun orang tuaku memelihara ayam dan bertelur cukup banyak. Bukannya pelit atau atau tidak sayang anak, mereka hanya berfikir cerdas untuk mengantisipasi kekurangan bahan makanan dalam jumlah banyak. Orang tuaku lebih memilih menukar telur dengan jenis bahan makanan lain yang nilai gisinya lebih rendah tetapi berjumlah lebih banyak, itulah alasannya. Sehingga ketika suatu hari bisa makan enak seperti nasi dan telur, momen ini menjadi sebuah peristiwa langka dan istimewa hingga cara memakannya pun cukup unik. Di awal kita makan dengan lauk lain terlebih dahulu baru makan telur menjelang detik-detik akhir. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepuasan maksimal dan seolah merayakan kenikmatan makan telur. Seandainya saja dulu tahu istilah happy ending, mungkin dulu aku akan menamakan perayaan 'happy ending'.
Bicara happy ending, mana yang lebih kamu sukai ketika menonton film, baca novel, menonton sinetron atau drama Korea, happy ending, sad ending, atau cliffhanger ending? Oh, iya mungkin ada yang belum tahu istilah cliffhanger ending. Cliffhanger ending adalah cerita yang menggantung di akhirnya, bahagia tidak, sedih tidak, atau cerita yang tidak jelas endingnya. Ketika aku tanya sebagian besar orang, kebanyakan memilih happy ending dibandingkan sad ending ataupun cliffhanger ending. Walaupun kadang cerita dengan akhir bahagia itu juga terasa membosankan tetapi itulah faktanya, banyak diantara kita yang memilih happy ending dalam menonton sebuah film atau drama.
Sama halnya seperti kehidupan ini bahwa setiap kehidupan layaknya sebuah cerita drama yang layaknya memiliki kisah yang dimulai dengan penderitaan yang penuh luka dan nestapa dan berakhir dengan bahagia. Namun ada kalanya memiliki cerita yang dari awal hingga akhir terus menderita. Atau juga ada yang berawal bahagia dan berakhir nestapa, atau pun ada juga yang cerita yang tidak memiliki kejelasan di akhirnya.
Sebuah perjalanan hidup seseorang yang diawali dengan penuh perjuangan dan kerja keras diharapkan mampu memiliki kebahagiaan di masa tuanya. Katakanlah seorang anak yang terbiasa hidup sederhana dan penuh tantangan serta banyak mengalami rintangan akan mengambil sikap untuk mempertahankan hidup untuk mencapai kesuksesan di akhir untuk mendapatkan kebahagiaan sempurna di akhir kisah hidupnya.
Begitupula hampir setiap orang tua akan merasa puas dan bahagia ketika di masa tuanya melihat anak-anaknya sukses dan hidup bahagia. Tentunya, mereka akan merasakan puncak kebahagiaan yang sempurna pula.
Memang sebgian orang akan menganggap bahwa ukuran kebahagiaan adalah kesuksesan. Jadi ketika sukses itu diraih sejak masa muda, artinya seseorang akan selalu merasa bahagia. Namun, ukuran sukes dan bahagia itu sendiri bagi setiap orang tidaklah sama. Ada yang mengukur sukses dari karirnya, dari kekayaannya, dari jabatannya, dari popularitasnya, atau sukses setelah melihat anak-anaknya sukses sehingga disitulah kebahagiaan tercapai.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang baru mencapai sukses ketika berada di akhir saja dan setelah melewati masa-masa sulitnya yang panjang? Apakah mereka tidak mendapatkan kebahagiaan sejak masa-masa perjuangannya? Tentu tidak, karena bagi sebagian orang akan memilih untuk berbahagia setiap saat. Orang-orang ini tentunya bukan tipe orang yang suka menonton cerita happy ending, atau cara makan happy ending sewaktu aku kecil dulu, tetapi mungkin juga tidak. Karena kebahagiaan bagi orang-orang ini bisa didapatkan kapan saja. Tetapi hal ini tidak bisa disamakan dengan menonton film tadi. Tidaklah seru ketika menonton film dari awal hingga akhir penuh dengan kebahagiaan karena tidak memiliki ending yang seru dan cara menikmati hidup tentunya tidak sama dengan cara menikmati cara makan dan nonton film tadi.
Jika memungkinkan, yang bisa kita lakukan adalah bagaimana caranya untuk menciptakan kebahagiaan setiap saat dalam keadaan apapun. Wah, hal ini nampaknya mudah saja diucapkan tetapi sulit untuk dipraktekan. Tetapi tidak ada salahnya kita mencoba untuk menciptakan bahagia kapan saja tidak seperti saat kita menonton drama. Atau kita akan selalu menikmati setiap lekuk liku problematika hidup dengan senyum bahagia dan menganggap itu semua sebagai tantangan yang akan berakhir bahagia. Atau mungkin juga bahagia itu akan selalu tercipta ketika kita mampu bersyukur dengan apapun yang kita miliki.
#selaluinginmecobabahagiakapansaja
Rabu, 22 Desember 2021
Berjibaku Memadamkan Api
Senin, 20 Desember 2021
Hujan Dulu dan Sekarang
Ketika kecil dulu, hujan adalah momen yang sering ditunggu-tunggu oleh anak-anak seusiaku. Berbasah-basahan sambil main perang-perangan di derasnya hujan menjadi kebahagiaan tersendiri. Kami berlarian dan berkejaran dijalan licin yang waktu itu memang tak beraspal, lempar-lemparan tanah liat bak granat yang siap menembus dada lawan dalam perang. Menebas dan menusuk lawan dengan pedang dari pelepah pisang bagaikan adegan film laga Antonio Banderas melawan musuhnya, atau Jet Lee yang tangguh dengan jurus kungfunya, sambil mengusap peluh yanag memenuhi wajah karena air hujan. Masa-masa ini benar-benar indah dan tak terlupakan.
Kini, ketika aku punya anak sendiri, begitu takutnya melihat hujan terlebih ketika anakku harus menyentuh air hujan. Begitu awan hitam sudah bergelayut di langit sana, aku sudah teriak-teriak mengingatkan mereka untuk segera mencari perlindungan, masuk ke dalam rumah dan mengeluarkan banyak dalih seperti masuk angin, bahaya ada petir, dan semacamnya. Beberapa kata ancaman ataupun cara untuk menyelamatkan si buah hati dari bahayanya air hujan yang turun dari langit. Seolah aku lupa bahwa dulu aku tidak pernah mendapatkan larangan ataupun peringatan bahaya dari ayah ibuku saat bermain dalam hujan. Mereka membiarkanku mengekspresikan kegembiraan di dalam hujan. Mungkin mereka terkesan tidak peduli atau tidak menyayangi, tapi itulah yang mereka bisa lakaukan bahwa alam adalah sahabat mereka termasuk anak anak. Mungkin mereka hanya berfikir sederhana saja, bagaimana mereka bisa melanjutkan jejak karir mereka sebagai petani kalau anak-anakanya takut sama hujan? Bukankah hujan itu sahabat para petani yang selalu ditunggu untuk menumbuhkan batang-batang padinya?
Orang tua jaman sekarang banyak yang terlalu khawatir dengan anak-anaknya, banyak mengekang dan melarang anak untuk melakukan ini dan itu. Kembali ke hujan, apa salahnya kalau kami sekarang membiarkan anak-anak kami bermain di dalam hujan, selama tidak ada banyak petir bergemuruh dan menyambar, bukankah air hujan aman jika mengenai tubuh kita? Atau mungkin kandungan air hujan di jaman now berbeda dengan kandungan air hujan di jaman dulu? Atau rasa khawatir kami yang berlebihan saja? Tetapi, aku kan juga bukan petani seperti bapakku dulu, yang menginginkan anak-anakku mengikuti jejakku jadi petani. Jadi aku ga salah-salah amat melarang anakku bermain hujan-hujanan. Tetapi juga, bapakku tidak salah-salah amat kalau ternyata anaknya yang diharapkan untuk melanjutkan jejak karirnya menjadi petani ternyata tidak juga mengikuti jejak karirnya karena telah menentukan pilihannya sendiri untuk berkarir dan bapakku pun tidak melarangnya.
Kalau bisa disimpulkan, aku merasa lebih beruntung dibandingkan anak-anakku. Dulu aku sempat bermain di dalam hujan walaupun tidak bisa melanjutkan karir bapakku menjadi petani, sementara anak-anakku tidak memiliki kesempatan untuk bermain dalam hujan dan mungkin juga aku akan melarang mereka ketika mereka ingin berkarir jadi petani seperti bapakku. Susah juga ya jadi anak sekarang.
#warninguntukparentsjamannow
Jumat, 26 November 2021
Orang Dewasa pun Perlu Bermain
Jumat malam, kami sekeluarga berniat untuk melepas ketegangan dan mengendorkan syaraf setelah dalam sepekan bergelut dengan pekerjaan dan pelajaran bagi anak-anak kami. Kami sepakat untuk having dinner out sambil jalan-jalan. Saat yang paling tepat untuk membawa anak-anak ke sebuah tempat makan dan habis itu jalan-jalan ke stationary. Kami tidak mengunjungi banyak tempat, tapi cukup satu tempat saja yang bisa untuk makan dan bisa ke stationary.
Aku tak menyangka rupanya anak-anak sangat antusias dengan planning ini. Kalau sudah dengar kata stationary, banyaklah yang ada di pikiran mereka khususnya yang sudah sekolah, pasti sudah di rancang sebuah list panjang tentang apa yang mau dibeli. Tak lupa, si kecil pun sama. Dia sudah merengek untuk menambah koleksi mainanya. Kalau sudah begini, aku tinggal mencolek bendahara rumah untuk menyiapkannya.
Benar saja, selesai makan, kami langsung meluncur ke stationary yang kebetulan satu lantai dengan tempat makan kami, jadi tidak perlu repot untuk naik eskalator. Aku mengawal si kecil untuk searching mainan sedangkan si ibu mengawal dua anak gadis kami yang masih sekolah. Kami membiarkan mereka untuk explore stationary, dan tentunya dengan dengan daftar yang sudah disiapkan.
Beberapa kali aku berputar ke toys station yang ada di tempat tersebut. Aku tahu apa yang si kecil inginkan kalau bukan Bumblebee pasti Optimus Prime sejenis mainan transformasi yang bisa berubah menjadi mobil dan juga robot. Rupanya kesukaan terhadap mainan ini belum bisa tergantikan. Senangnya, si kecil tidak pernah menuntut untuk membeli mainan yang produk asli. Jadi cukup dengan mainan sejenis yang tidak terlalu mirip dengan aslinya pun tidak masalah. Dengan begitu pun dia tetap menyebutnya Bumblebee atau Optimus Prime. Hal ini tentunya meringankan dari segi kocek orang tuanya. Dan si kecil pun akhirnya mendapatkan yang dia inginkan dan bisa bermain dengan gembira.
Selesai mengawal si kecil, kami mulai berkerumun di kasir, dan aku pun melihat dua gadisku sudah menenteng barang-barang hasil buruannya. Dari matanya, aku dapat melihat kegembiraan mereka setelah sekian lama tidak bertandang ke stationary.
Masih di kasir, tiba-tiba, aku terpikirkan sesuatu dan nyeletuk ke istri saya yang bernada meminta persetujuan. "Bu, aku juga mau beli sesuatu, boleh ga?" Nadaku seperti anak lima tahun yang memelas dan khawatir permintaannya tidak akan dikabulkan. Ya, karena aku tahu persis yang akan aku beli adalah sebuah mainan. Entah kenapa juga aku seolah tiba-tiba berubah menjadi anak kecil dan ingin beli mainan.
Sekilas tadi aku melihat mainan Rubik Cube yang akhir-akhir ini aku gandrungi untuk sekedar diputar-putar, mencoba membuat warna yang sama satu sisi, atau mencoba cari cara di Youtube totorial walaupun alhasil, belum pernah sukses membuat seluruh sisi dengan warna masing-masing. Bagiku, itu bukan tujuan utama yang harus dicapai. Karena kalau sudah ketemu caranya, nanti menjadi tidak asyik lagi untuk dimainkan.
Nah, mau tahu asal usul Rubik dan manfaatnya?
Menurut Wikipedia, Kubus Rubik adalah sebuah permainan teka-teki mekanik yang ditemukan pada tahun 1974 oleh pemahat dan profesor arsitektur Hongaria Ernő Rubik. Kubus ini terbuat dari plastik dan terdiri atas 26 bagian kecil yang berputar pada poros yang terlihat. Sedangkan untuk manfaatnya ternyata banyak sekali manfaat dari permain ini, diantaranya adalah:
- Meningkatkan Kemampuan Analisis
- Meningkatkan Fokus dan Konsentrasi
- Meningkatkan Kesadaran Spasial
- Menguatkan Kemampuan Pengenalan Pola
- Meningkatkan Memori
- Meningkatkan Gerakan Reflek
- Mengasah kemampuan menyelesaikan masalah
- Mengasah kemampuan berfikir sebelum bertindak
- Meningkatkan Kesabaran
- Membuat Pikiran Tetap Aktif
Sabtu, 13 November 2021
Simulasi Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran (APAR)
- Tarik pin pengaman dengan memutar hingga tali pengikat pin patah.
- Arahkan pangkal selang ke sumber api (area kebakaran)
- Tekan pemicu untuk menyemprot
- Ayunkan ke seluruh sumber api (area kebakaran)
Refleksi : Professional Development - Profil Pembelajar Pancasila
Professional Development Kamis, 11 November dengan Mr. Yohanes Tri Tjahyaadi memberikan hal baru khususnya bagi peningkatan pembelajaran abad 21, sebagai kelanjutan Professional Development yang dibawakan oleh Ms. Novi bulan lalu.
Banyak hal yang disampaikan dengan cukup gambalang oleh Mr. Yo, panggilan akrabnya pada saat presentasi materi tentang survey karakter atau yang sekarang kita sebut Profil Pembelajar Pancasila dengan gaya presentasi yang kocak namun tetap memberikan yang terbaik dalam presentasinya.
Mr. Yo menyampaikan bahwa dulu kita mengenal istilah Pengembangan Pendidikan Karakter (PPK) dan sekarang istilah tersebut berkembang menjadi Profil Pembelajar Pancasil yang memuat 6 poin penting yaitu:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia. Yaitu pembelajar yang memiliki akhlak ketuhanan Yang Maha Esa, menjalankan ibadah sesuai agamanya dan berahlak baik kepada sesama manusia dan juga alam semesta.
2. Berkebinekaan Global. Pelajar Pancasila yang berkebinekaan global yaitu pelajar yang tetap menjunjung tinggi budaya luhur bangsa namun tetap mampu berinteraksi dengan budaya lain dan tetap menghargai kebinekaan budaya yang ada di negara kita. Poin penting pembelajar Pancasil dan Berkebinaan Global yaitu: Mengenal dan menghargai budaya, kemampuan berkomunikasi interkultural dan berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggungjawab terhadap pengalaman kebinekaan.
3. Gotong Royong. Yaitu kemampuan pelajar Pancasila dalam melakukan kegiatan bersama-sama atau berkolaborasi dengan sukarela agar pekerjaan terasa ringan. Poin penting dari gotong royong ini adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
4. Mandiri. Yaitu pelajar pancasila yang mampu mengatur dirinya sendiri dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri. Poin pentingnya yaitu, kesadaran diri dengan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.
5. Bernalar Kritis. Pembelajar Pancasila diharapkan memiliki penalaran yang kritis dalam proses pembelajaran dan mampu menalar secara kritis dan mampu menganalisis informasi secara kualitatif serta kuantitatif. Poin pentingnya adalah, mengolah informasi dan gagasan, menganalisis dan evaluasi penalaran, merefleksikan pemikiran dan proses berfikir, serta mengambil keputusan.
6. Kreatif. Pembelajar Pancasil diharapkan menjadi pembelajar yang mampu menghasilkan karya orisinal yang bermanfaat bagi orang banyak. Poin pentingnya yaitu, menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Selain pemaparan penting tentang profil Pembelajar Pancasila, dalam penjelasannya, Mr. Yo juga memberikan tugas setiap peserta untuk mendesain program pembelajaran berbentuk River of Learning.
Peserta diminta untuk mendesain pembelajaran dengan menggambar sebuah alur sungai di mana setiap Bab materi pembelajaran dalam satu tahun dibuat dalam bentuk perahu yang berada di sungai. Lalu, guru menggambarkan materi sub bab dalam bentuk pohon di samping sungai. Dan poin terpentingnya adalah membuat satu sub bab yang dianggap sesuai untuk siswa melakukan sebuah project yang memiliki profil karakter Pancasila.
Dalam kegiatan tersebut penulis memilih Unit 6: Double Lives yang merupakan materi dengan topik kriminal. Di sini penulis merencanakan untuk memberikan projek kepada siswa dalam bentuk Presentasi hasil wawancara. Rencana teknis atau instruksi yang diberikan kepada siswa adalah:
- Peserta didik diminta melakukan wawancara dengan orang terdekat untuk menanyakan beberapa pertanyaan terkait kriminallisasi di daerah sekitar tempat tinggal peserta didik.
- Peserta didik menyusun daftar pertanyaan sendiri sebelum melakukan wawancara.
- Peserta didik merekam proses wawancara dalam bentuk video.
- Peserta didik membuat presentasi hasil wawancara dengan ketentuan sebagai berikut: Membuat introduction yang memuat tujuan wawancara. Menampilkan daftar wawancara. Menampilkan bukti hasil wawancara yang berbentuk video. Menjelaskan proses wawancara. Membuat kesimpulan hasil wawancara.
Sabtu, 06 November 2021
REFLECTION : MEETING WITH MR. ALI JUFRY (PEARSON)
I would like to say that meeting face to face with Mr. Ali Jufri from Pearson is like one and a half hours worth one and a half years online. Why did I say that? Because it happened with releasing all the burden in our mind and heart about Pearson's material and the methods of teaching.As new things both teaching materials and methods from Pearson that are applied in Puhua School now need lots of reassurance, encouragement, motivation, guides, and also role models for me and maybe for other teachers. We need more guidance in applying all the new things.Mr. Ali's presence at school was kind of a great moment that we are waiting for. So that we provide lots of questions that bear in our mind due to some problems we are facing in the class before his coming.And that would be something when the first thing he gave in the meeting was asking a kind of question like what in your mind is about Active Learn? So, we released all of our burden buried inside of our mind and heart.Regarding his question, I told him that the Active Learn materials are so great since they provide very deep reading and writing skills. I’ve never had experience before in using any kinds of materials. However, those materials are also our problems too since there are no obvious guides to make sure of our answers of all activities in the book. We, as teachers, try to grab our own ideas and perspectives dealing with the answers of those activities in every section. And in the meeting Mr. Ali gave us a kind of illumination that teachers should not be worried about the book. As he tried to explain all about our problem he just showed us how to overcome our problems. Mr. Ali told us that the book doesn’t provide the key answer in order for teachers to find their own creativity in answering the questions of each activity. There are many possibilities to develop student’s answers to every question.Besides, he also played a role as a teacher and we played as students. In this role playing, he gave us ways to teach using Inspire English in an easy but creative way by asking the students to find out the synonyms of adjectives, adverbs and other kinds of words. This way can be done by a teacher in teaching to save time with an abundance of materials.He added in his encouragement that teachers should not teach all the activities in each section but we can make it short or simple but creative without getting out from the topic of the discussion in the activities. We can also use power point presentations to sum those materials to make students more active in the class.To end the meeting, Mr. Ali asked the teachers to plan a meeting for teaching the next meeting with students. That was a kind of challenge for us to practice how to plan a simple and creative teaching using the book. It was all done great since Mr. Ali also gave us more encouragement to the teachers in handling the next meeting with the materials from Active Learn. He suggested some tips too.I really hope it will happen again in the future since it could drive us to make the best ways in teaching the students using Pearson’s material. #ReflectionofMeetingwithMr.Ali
x
Sabtu, 30 Oktober 2021
Refleksi Peringatan Bulan Bahasa
Kamis, 28 Oktober 2021
Rabu, 27 Oktober 2021
A Boy with A Little Dream
This was about a boy named Ayo. The boy was born in a small village on the border of
three regencies, Brebes, Banyumas, and Cilacap. In his childhood he did not
have high dreams like his friends. Only the figure of a teacher he admired.
Teachers who can make him read, write, sing, make crafts to teachers who can
make him happy and also afraid if he didn’t do his homework. He didn't expect
much from a simple life in the village except to be able to continue his
education in junior high school because his three sisters only studied in
elementary school and ended up getting married early. Likewise, almost all his
friends have enough getting their education in an elementary school to prepare
for the next life.
His hope to continue his education was almost dashed
because he had to face reality that it was not that easy to make sure his
parents about pursuing his higher education. Luckily a teacher had saved him
and managed to persuade his father so that the boy could continue his
education.
The period of education in junior high school went on
with difficulty but finally ended and managed to hold the high school diploma
that was so dreamed of. The encouragement from his sisters who did not go to
school was very meaningful as well as financial support from one of his older sisters
who had a small business in the village.
It became a very extraordinary thing and everything happened unexpectedly when the boy got support from several relatives to continue his education in high school. It was no problem for him to attend the only school in the sub-district town of Gumelar. The only high school that exists and is just starting out with small numbers of students and poor facilities. For him, being able to go to high school had become something to be very grateful for because not all of his friends can continue their education to high school. He finally enrolled to SMA PGRI Gumelar the only school in town.
However, something
happened until one day the boy had to decide not to continue to the high school.
His parents and relatives did not understand what he was thinking. His passion
to study in high school suddenly subsided and took another decision. On the
first day of school, the boy did not go to school to continue his dream. He
decided to change his direction of dream by going to the big city, Jakarta to
try his luck and intended to find work. He thought it would be the best way to grab
his future. The decision was taken after he received interesting information
from a relative and made him change his mind and make a crazy decision.
Unluckily, it can be
said that his departure was not the best decision so that after approximately
three months in Jakarta, the boy who graduated from junior high school had to
return to his village to feel guilty and ashamed of his parents and siblings
because it turned out that the promised job did not come true.
A few months
unemployed at home, reflecting on his regrets and the boy intended to return to
the city for a second try. It was luckier this time because the jobs offered
actually existed. A few months working in a kind of shampoo factory, the boy
still felt how his job was not what he dreamed of. He realized that school was
the best he had to go through in his teenage years. “I have to go back to
school. I want to wear a gray and white uniform.' Until one day a letter came
from his father, asking him to go home and return to the school he had enrolled
in before. Apparently God heard the prayer of a child who was stranded in the
world of work that was not yet time. His desire to go to school never stopped.
The decision to work was just an emotional decision that he had turned out to
be the wrong one.
There’s nothing to
be regretted in this life. There is still a chance to arrange his dream. Walking
miles to go to school with sweat on the forehead and staggered feet to be able
to achieve his high school. He finally achieved a high school graduate with all
of his struggles.
Finally, the boy was
then walking gallantly towards a small town, Purwokerto with a high school certificate
in his hand. His parents, who had realized how much their only son needed an
education, sent him to a course for the next provision. A course institution
called Gamacom became his choice. For a year he struggled with new things by
studying office administration. He obtained various course certificates such as
computer, accounting, English, typing and certificates of expertise in other
office administration fields.
Armed with a course
certificate that he obtained for one year, the boy began to explore himself to
try his luck working in the city. Departing from several supermarkets, then
stranded in a photo studio which made it a pretty promising job at that time.
Approximately three years the boy struggled with the world of administration in
the photo business.
On October 10, 1997,
the boy bravely married a girl he loved at the age of 24. He thought he had already
earned and decided to have a family. Unfortunately, no one thought that the
1998 incident shook all aspects of life, including his family. It had to be
crushed by the beating of the country's economy which was also chaotic at that
time. The wife he loves only got the first three months of salary from her
husband's job because after that she has to be laid off from her workplace.
Photo studio companies were forced to fall out of business because of the crazy
monetary crisis.
The worsening
economic condition of the country worsened the condition of the boy's family
until the child of the marriage was born. Many kinds of work had been done to
survive. Several times the boy worked as a salesperson in a company and also a
salesperson of selling snacks. Uncertain income coupled with increasing needs
made him no longer strong enough to support the household economy until he
finally decided to try his luck to become a migrant worker in neighboring
Malaysia. But God did not allow it because the health conditions did not meet
the requirements.
The wife, who felt
that she had good English skills at that time, tried propose to register to
become a women worker in Taiwan. With compulsion and agreement from all families,
the wife finally flew to Taiwan to help her husband, who at that time was very
difficult to find work even though he was just for a shop assistant. High
school diplomas and courses that are very proud of as if they have nothing
anymore.
The obstacles of
life seemed unstoppable but the little family had a strong belief that all them
would surely end. The husband, who was in the small town of Purwokerto, still
continued to peddle the product of a snack manufacturer with his old motorbike.
He travelled around the town to the outskirts of town knocking on small shops
to offer his luggage that hangs on the back of his motorbike. His sweat was always
pouring out between the heat of the city of Purwokerto. The only hope was being
able to go home bringing a little profit to be able to buy the baby's milk.
Luckily, his wife
who was in another country got the kindness of her employer. Many things were
learned while in Taiwan, from learning life, struggle, and learning the
language. This made her keep the spirit to fight for the little baby who was
left with his husband and parent in-laws.
Until one day when
the wheel of life continues to spin and that's when God has given incomparable
goodness. The village boy tried to get up his courage to continue his studies
at a private university in Purwokerto. There was a kind of subtle whisper that
he should major in English Teacher Education. A ray of bright light began to
reveal the dark veil that will save his little family. While studying the
village boy got a better job, by becoming an English tutor at a course
institution.
The period of
education at the university finally ended with all the struggles. The boy got a
job as a teacher at a public high school on the outskirts of Purwokerto as an
honorary teacher. Armed with a bachelor's degree in English Education, the
village boy who was once abandoned has now turned into a teacher who is
certainly very proud of his family. Moreover, his three older siblings only
graduated from elementary school and did not think that his younger brother
could become a teacher. The teacher, who in the village used to be, was a
figure who was greatly admired by all the villagers including himself because
of his very noble and respected profession. Teachers are able to be an example
in society in any field other than their work at school.
Now, the village boy
has become a teacher at a well-known private school in the small town of
Purwokerto. A school with SPK status called Puhua School which implements a
national curriculum as well as a foreign curriculum that offers the best
education for the people of Purwokerto and its surroundings. In his age now he
was determined to continue devoting himself to become a teacher. The teacher
figure he once admired when he was still in the village. It’s not that easy to
change his life but he said that it is never too late for him to continue
learning and improving himself. In his resolve, 'I must always be a true
learner and be of benefit to others. It's never too late to keep learning and
doing good."
Senin, 18 Oktober 2021
REFLEKSI QUARTER 1
REFLEKSI QUARTER 1
Untuk mengawali refleksi ini saya sedikit akan mengutip kata-kata bijak dari George Bernard Shaw bahwa "Kemajuan tidak mungkin dicapai tanpa perubahan, dan mereka yang tidak dapat berubah pikiran tidak dapat mengubah apa pun." Demikian kalimat bijak ini cukup menarik dan saya mencoba untuk dapat mencermati makna kalimat tersebut bahwa kunci sebuah perubahan terjadi pada pikiran kita. Maka untuk memulai sebuah perubahan untuk sebuah tujuan kemajuan pada bidang apapun akan dibutuhkan perubahan pada pikiran kita.
Dalam perjalanannya, Puhua School yang sedang menapak pada sebuah perubahan dari sekolah nasional menjadi sekolah SPK, telah mengalami banyak sekali perubahan baik perubahan fisik sarana prasarana maupun kurikulum dan juga sumber daya manusianya. Hal ini saya rasakan dari sejak masa persiapan hingga pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran pada quarter 1 tahun pelajaran 2021-2022 ini.
Beberapa perubahan yang paling dirasakan saya sebagai guru adalah bahwa khususnya dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru yaitu mendidik dan mengajar, kali ini terasa sekali bahwa saya selalu memikirkan untuk membuat pembelajaran menjadi diminati dan disukai siswa. Hal ini artinya saya banyak menghabiskan waktu untuk mencari metode yang tepat dan menggunakan beragam aktivitas yang memancing siswa untuk aktif belajar. Banyak tantangan buat saya baik sebagai guru jaman sekarang pada umumnya maupun tantangan sebagai guru di sekolah ini yang merupakan sekolah yang berkomitmen memberi pelayanan yang terbaik, berbeda, dan memiliki tujuan sesuai Visi dan Misi sekolah.
Selain itu, sebagai guru saya merasa telah banyak perubahan yang saya alami yaitu menjadi seseorang yang selalu ingin tahu tentang perkembangan teknologi khususnya teknologi yang membantu dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Di sini saya selalu mencari tahu dan berusaha mengulik aplikasi yang sesuai untuk pembelajaran, baik untuk menyiapkan materi maupun untuk icebreaking. Aplikasi yang sudah saya pelajari dan terapkan diantaranya adalah: Wordwall, Nearpod, Quizezz, Mentimeter, Sli.do, Blooket, Padlet, flipgrid, Kaizena (for feedback), Canva, KineMaster, Animaker, Spark adobe, dan Video Pad. Masih banyak lagi aplikasi yang belum saya pelajari dan explor lebih dalam. Dengan berbekal aplikasi yang dikuasai tersebut, saya merasa sangat terbantu untuk membuat variasi kelas dalm pembelajaran.
Perubahan status sekolah dari sekolah nasional menjadi SPK juga banyak berdampak bagi proses pembelajaran secara menyeluruh. Saya merasakan bahwa proses pembelajaran sekarang sangat berbeda dengan dulu. Perubahan yang saya rasakan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu siswa selalu diajak untuk aktif membaca 10 menit pada period pertama dan membuat refleksi pada period terakhir. Hal ini merupakan usaha yang nyata untuk mengajak anak untuk terus membaca dan menulis.
Perubahan lain yang saya rasakan yaitu kita selalu ditantang untuk aktif dan kreatif serta innovative. Untuk itu sekolah selalu menawarkan berbagai lomba seperti menulis, membuat video pembelajaran dan lain-lain serta mengembangakan kemampuan pribadi maupun profesional yang mendukung pekerjaan dan karir. Beberapa kali mengikuti Seminar/Webinar untuk peningkatan kualitas guru telah diikuti dengan senang hati. Walaupun masih banyak even yang terlewat karena waktunya tidak sesuai. Selain pengembangan pribadi yang sering diikuti juga kita selalu dibiasakan untuk memberikan masukan, evaluasi, dan refleksi untuk setiap kegiatan yang dilakukan. Hal ini sangat bermanfaat bagi guru kareana kita selalu belajar berfikir kritis dan analitis.
#ayosugiryo.blogspot.com
Sabtu, 21 Agustus 2021
Kemerdekaan menulis cerpen dengan tema 'Kemerdekaan'
Kali ini saya akan berbagi sedikit kisah mengenai pengalaman saya menjadi juri dalam acara lomba dalam memperingati perayaan HUT RI ke 76 di sekolah.
Dalam even tersebut saya ditunjuk oleh ketua panitia menjadi juri lomba menulis cerpen. Awalnya saya berfikir akan merasa terbebani dengan tumpukan tulisan dari anak-anak tersebut. Setelah menjelajah ke alam cerita yang disajikan anak-anak dalam cerpennya, saya seperti sedang membaca buku antologi cerpen karya anak yang ternyata tidak dapat saya bayangkan sebelumnya. Saya bersyukur bisa menjadi penikmat cerpen anak-anak yang sangat beragam dan menarik. Akhirnya, saya tidak berfikir untuk dapat menghakimi tulisan mereka sesuai kriteria yang ditetapkan. Tulisan adalah hasil imajinasi dan kreatifitas dalam mengolah kata dan mengolah rasa.
Ada duabelas cerpen yang mesti saya baca dari duabelas kelas. Anak-anak memiliki imajinasi yang kuat dan tajam dengan tema yang diberikan yaitu 'Kemerdekaan'. Dengan diberikan kebebasan untuk menceritakan dengan tema tersebut sesuai dengan imajinasi mereka ternyata mampu menghasilkan tulisan yang tak terduga.
Cerita demi cerita berlalu dan saya menemukan banyak sekali keragaman perspektif siswa dalam berimajinasi. Dari keduabelas cerita, masing-masing mempunyai tokoh masing-masing dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Yang menarik adalah, mereka mampu membuat cerita dengan alur yang bervariasi dan sesuai imajinasi mereka.
Sebagian anak menceritakan tentang kisah imajinasi mereka saat perayaan HUT Kemerdekaan RI yang setiap tahun diadakan dengan kisahnya masing-masing. Ada yang berkisah tentang seorang anak yang baru pindah ke sebuah desa yang terpencil dan sangat kecewa karena ternyata di desa tersebut warganya tidak peduli dengan acara kemeriahan sebagaimana umumnya terjadi di tempat lain. Hingga dia berjuang untuk mengusulkan ke pemimpin desa dan akhirnya dengan perjuangannya dia mampu membuat desa itu meriah dengan acara yang dia usulkan.
Banyak cerita yang menarik dan luar biasa yang tiba-tiba saja muncul hanya dengan pancingan kata kemerdekaan. Mungkin di balik itu semua, juga ada dorongan semangat nasionalisme yang membara pada diri anak-anak sehingga mereka berusaha membuat sebuah cerita yang menarik sesuai versinya.
Sengaja saya tidak menceritakan siapa pemenang lomba menulis cerpen di sini, karena bagi saya menulis cerita bebas bertema kemerdekaan tersebut merupakan kemerdekaan tersendiri bagi para siswa sehingga mereka mampu berkarya dengan gaya mereka. Tentunya setiap tulisan yang terkumpul terdapat kekurangan di sana-sini baik ejaan, kaidah penulisan cerpen, tanda baca, dan lain sebaginya, seperti kriteria penulisan sesuai ketentuan lomba. Namun bagi saya semua mereka adalah pemenangnya, karena mereka telah mampu membuat saya belajar dari imajinasi dan pemikiran anak-anak yang luar biasa.
#AiseiWritingChallenge,#August18WritingChallenge,
Sabtu, 31 Juli 2021
Maju Mundur PTM Bukan Halangan
Banyak siswa menyatakan sudah kengen sekolah, kangen teman, dan kangen guru ketika saat itu siswa diminta menuliskan refleksi dalam salah satu sesi acara orientasi siswa yang diadakan sekolah pada tanggal 21 hingga 23 Juli lalu. Keinginan mereka memang beralasan. Kejenuhan dan kangen rupanya sudah membuncah dan tak tertahankan lagi.
Pembelajaran tatap muka atau lebih dikenal dengan PTM sudah menjadi nyanyian sehari-hari bagi setiap insan pendidikan saat ini. Sementara rasa kangen siswa dengan guru atau sebaliknya harus ditahan terlebih dahulu. Kerinduan yang tertahan ini akan terus berlangsung samapi batas waktu yang belum bisa ditentukan.
Banyak pula sekolah yang sudah mempersiapkan pembelajaran tatap muka. Berbagai sarana prasarana sudah dipenuhi oleh sekolah termasuk simulasi pembelajaran dalam masa pandemi, SOP pembelajaran tatap muka, dan melengkapi proposal yang disyaratkan untuk pembelajaran tatap muka ke dinas pendidikan sudah dilakukan. Namun hasilnya, masih harus bersabar dan berdoa.
Kita tentu tidak hanya bisa berharap wabah ini cepat pergi tetapi tidak melakukan apapun. Kalau begitu, sama saja seperti si pungguk yang selalu merindukan bulan. Tentunya kita harus turut serta di dalamnya. Satu orang melakukan tindakan kecil sesuai protokol kesehatan, dampaknya akan luar biasa. Jadi tidak perlu menunggu orang lain melakukan terlebih dahulu, apalagi cuma menyalah-nyalahkan kebijakna pemerintah. Mulailah dari sekarang dan dan dari diri kita sendiri saja.
Kembali ke pembelajaran tatap muka, usaha yang sudah dilakukan sekolah untuk mempersiapkan pembelajaran tatap muka dari A hingga Z memang sudah seharusnya dilakukan. Tidak ada yang sia-sia dari segala usaha dan persiapan, sehingga ketika PTM itu benar-benar dilaksanakan, semua sudah tinggal cus.
Kerinduan siswa dan guru untuk bersua, belajar, dan berkolaborasi dalam kehingaran kegiatan di sekolah memang sudah menjadi keinginan yang tak terbendung lagi. Walaupun faktanya harus menunggu dan menunggu lagi. Tetapi kita tidak berhenti sampai di situ dan terus berupaya untuk mencari cara agar pembelajaran online terasa offline. Kedengarannya seperti mustahil tetapi hal ini mungkin terjadi walaupun masih jauh dari yang kita inginkan seperti the real classroom. Setidaknya sekolah atau guru sudah berusaha mengadopsi berbagai aplikasi online untuk membuat pembelajaran terasa seperti tatap muka. Workshop online dan gratis yang menawarkan berbagai alternatif pembelajaran online menarik bertebaran di grup-grup WA. Tak ketinggalan banyak youtuber yang peka dan kreatif menawarkan banyak game icebreaking untuk pembelajaran online. Jadi, sekarang bukan waktunya lagi untuk mengeluh dan meratapi kapan PTM tetapi mencoba menikmati sambil mencari solusi. Mungkin itu yang bisa kita lakukan sekarang.
#July31WritingChallenge