Sabtu, 21 Agustus 2021

Kemerdekaan menulis cerpen dengan tema 'Kemerdekaan'


Kali ini saya akan berbagi sedikit kisah mengenai pengalaman saya menjadi juri dalam acara lomba dalam memperingati perayaan HUT RI ke 76 di sekolah. 

Dalam even tersebut saya ditunjuk oleh ketua panitia menjadi juri lomba menulis cerpen. Awalnya saya berfikir akan merasa terbebani dengan tumpukan tulisan dari anak-anak tersebut. Setelah menjelajah ke alam cerita yang disajikan anak-anak dalam cerpennya, saya seperti sedang membaca buku antologi cerpen karya anak yang ternyata tidak dapat saya bayangkan sebelumnya. Saya bersyukur bisa menjadi penikmat cerpen anak-anak yang sangat beragam dan menarik. Akhirnya, saya tidak berfikir untuk dapat menghakimi tulisan mereka sesuai kriteria yang ditetapkan. Tulisan adalah hasil imajinasi dan kreatifitas dalam mengolah kata dan mengolah rasa. 

Ada duabelas cerpen yang mesti saya baca dari duabelas kelas. Anak-anak memiliki imajinasi yang kuat dan tajam dengan tema yang diberikan yaitu 'Kemerdekaan'. Dengan diberikan kebebasan untuk menceritakan dengan tema tersebut sesuai dengan imajinasi mereka ternyata mampu menghasilkan tulisan yang tak terduga. 

Cerita demi cerita berlalu dan saya menemukan banyak sekali keragaman perspektif siswa dalam berimajinasi. Dari keduabelas cerita, masing-masing mempunyai tokoh masing-masing dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Yang menarik adalah, mereka mampu membuat cerita dengan alur yang bervariasi dan sesuai imajinasi mereka. 

Sebagian anak menceritakan tentang kisah imajinasi mereka saat perayaan HUT Kemerdekaan RI yang setiap tahun diadakan dengan kisahnya masing-masing. Ada yang berkisah tentang seorang anak yang baru pindah ke sebuah desa yang terpencil dan sangat kecewa karena ternyata di desa tersebut warganya tidak peduli dengan acara kemeriahan sebagaimana umumnya terjadi di tempat lain. Hingga dia berjuang untuk mengusulkan ke pemimpin desa dan akhirnya dengan perjuangannya dia mampu membuat desa itu meriah dengan acara yang dia usulkan.

Banyak cerita yang menarik dan luar biasa yang tiba-tiba saja muncul hanya dengan pancingan kata kemerdekaan. Mungkin di balik itu semua, juga ada dorongan semangat nasionalisme yang membara pada diri anak-anak sehingga mereka berusaha membuat sebuah cerita yang menarik sesuai versinya. 

Sengaja saya tidak menceritakan siapa pemenang lomba menulis cerpen di sini, karena bagi saya menulis cerita bebas bertema kemerdekaan tersebut merupakan kemerdekaan tersendiri bagi para siswa sehingga mereka mampu berkarya dengan gaya mereka. Tentunya setiap tulisan yang terkumpul terdapat kekurangan di sana-sini baik ejaan, kaidah penulisan cerpen, tanda baca, dan lain sebaginya, seperti kriteria penulisan sesuai ketentuan lomba. Namun bagi saya semua mereka adalah pemenangnya, karena mereka telah mampu membuat saya belajar dari imajinasi dan pemikiran anak-anak yang luar biasa.

#AiseiWritingChallenge,#August18WritingChallenge,


Sabtu, 31 Juli 2021

Maju Mundur PTM Bukan Halangan


Banyak siswa menyatakan sudah kengen sekolah, kangen teman, dan kangen guru ketika saat itu siswa diminta menuliskan refleksi dalam salah satu sesi acara orientasi siswa yang diadakan sekolah pada tanggal 21 hingga 23 Juli lalu. Keinginan mereka memang beralasan. Kejenuhan dan kangen rupanya sudah membuncah dan tak tertahankan lagi. 

Pembelajaran tatap muka atau lebih dikenal dengan PTM sudah menjadi nyanyian sehari-hari bagi setiap insan pendidikan saat ini. Sementara rasa kangen siswa dengan guru atau sebaliknya harus ditahan terlebih dahulu. Kerinduan yang tertahan ini akan terus berlangsung samapi batas waktu yang belum bisa ditentukan. 

Banyak pula sekolah yang sudah mempersiapkan pembelajaran tatap muka. Berbagai sarana prasarana sudah dipenuhi oleh sekolah termasuk simulasi pembelajaran dalam masa pandemi, SOP pembelajaran tatap muka, dan melengkapi proposal yang disyaratkan untuk pembelajaran tatap muka ke dinas pendidikan sudah dilakukan. Namun hasilnya, masih harus bersabar dan berdoa. 

Kita tentu tidak hanya bisa berharap wabah ini cepat pergi tetapi tidak melakukan apapun. Kalau begitu, sama saja seperti si pungguk yang selalu merindukan bulan. Tentunya kita harus turut serta di dalamnya. Satu orang melakukan tindakan kecil sesuai protokol kesehatan, dampaknya akan luar biasa. Jadi tidak perlu menunggu orang lain melakukan terlebih dahulu, apalagi cuma menyalah-nyalahkan kebijakna pemerintah. Mulailah dari sekarang dan dan dari diri kita sendiri saja.

Kembali ke pembelajaran tatap muka, usaha yang sudah dilakukan sekolah untuk mempersiapkan pembelajaran tatap muka dari A hingga Z memang sudah seharusnya dilakukan. Tidak ada yang sia-sia dari segala usaha dan persiapan, sehingga ketika PTM itu benar-benar dilaksanakan, semua sudah tinggal cus

Kerinduan siswa dan guru untuk bersua, belajar, dan berkolaborasi dalam kehingaran kegiatan di sekolah memang sudah menjadi keinginan yang tak terbendung lagi. Walaupun faktanya harus menunggu dan menunggu lagi. Tetapi kita tidak berhenti sampai di situ dan terus berupaya untuk mencari cara agar pembelajaran online terasa offline. Kedengarannya seperti mustahil tetapi hal ini mungkin terjadi walaupun masih jauh dari yang kita inginkan seperti the real classroom. Setidaknya sekolah atau guru sudah berusaha mengadopsi berbagai aplikasi online untuk membuat pembelajaran terasa seperti tatap muka. Workshop online dan gratis yang menawarkan berbagai alternatif pembelajaran online menarik bertebaran di grup-grup WA. Tak ketinggalan banyak youtuber yang peka dan kreatif menawarkan banyak game icebreaking untuk pembelajaran online. Jadi, sekarang bukan waktunya lagi untuk mengeluh dan meratapi kapan PTM tetapi mencoba menikmati sambil mencari solusi. Mungkin itu yang bisa kita lakukan sekarang.

#July31WritingChallenge


Sabtu, 24 Juli 2021

Warung Kejujuran ala Pak Guntur



Membludaknya penyebaran Covid19 yang mengakibatkan penerapan PPKM yang dirasa memberatkan bagi pengusaha mikro atau kaum perpenghasilan tidak menentu membuat banyak orang mengeluh ini itu.

Namun di antara banyaknya orang yang mengeluh tadi, ada seorang bapak tetangga depan rumah yang tidak mengeluh bahkan berusaha berbuat sesuatu bagi orang banyak. Dia dikenal dengan nama Guntur Cahyo Wahono, atau sering dipanggil Pak Guntur. 

Para tetangga dibuat kaget, ketika tiba-tiba Pak Guntur menaruh sebuah etalase kaca di emperan rumahnya yang berisikan beberapa barang jajanan dan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang mendesak dan dipajang pula dua buah banner bertuliskan "WARUNG KEJUJURAN - Njukut Dewek Bayar Dewek, yang maksudnya ambil sendiri membayar sendiri. Jadi warung tersebut mirip sebuah koperasi siswa yang biasa ada di sekolah-sekolah untuk melatih anak OSIS untuk berwira usaha dan juga melatih kejujuran.

Tidak berbeda jauh dengan tujuan tersebut, ketika ditanya tujuan dan motivasinya untuk membuat warung kejujuran, jawabnya sederhana saja, selain untuk membantu warga dekat rumahnya untuk mempermudah memenuhi kebutuhan kecil, seperti mungkin bumbu masak, snack, kopi dan lain-lain, beliau juga ingin melatih masyarakat untuk mengembangkan sifat jujur dan saling membantu. 

Seperti yang dia sampaikan bahwa Pak Guntur tidak semata-mata berjualan untuk komersil, karena kalau ditilik dari harga jualnya, memang tidak tampak kalau warung tersebut mengambil keuntungan banyak bahkan ada beberapa item yang dijual sama dengan harga belinya, bahkan ada yang di bawah harga belinya. Misal bumbu masak dengan harga beli Rp. 1.150 dijual Rp 1.000. Hal ini dilakukan bukan karena beliau ingin menyaingi warung lain di sekitar lokasi perumahan ini, tapi hanya sekedar untuk mempermudah tetangga yang membutuhkan tetapi lebih memprioritaskan agar barang cepat berganti atau memiliki likuiditas tinggi. 

Hal lain yang menarik selain harganya juga murah dan sistem pembeliannya yang swalayan dan bahkan bisa ambil uang kembalian sendiri, Pak Guntur juga menyediakan kebutuhan mendesak bagi tetangganya yang terkena kecelakaan kecil seperti terjatuh atau terluka saat memasak oleh pisau atau beling, karena di situ disediakan beberapa botol betadin dan plaster untuk luka ringan, yang bisa langsung dipakai atau diambil di tempat tanpa membayar.

Ketika ditanya para tetangga, bagaimana kalau ada yang curang, mengambil barang tanpa membayar, atau bahkan justru mengambil uang di tempat penyimpanan uang yang terbuka tersebut? Pak Guntur hanya senyum dan menjawab, "Mungkin di sinilah fungsinya, kita jadi bisa belajar dari mereka dan kalau memang yang berbuat seperti itu karena memang benar-benar membutuhkan dan tidak mampu untuk membeli, saya tidak masalah karena secara tidak langsung saya sudah membantunya." Lalu bagiaimana kalau modalnya habis karena banyak orang yang ambil tidak bayar? Dia menjelaskan bahwa kalaupun modalnya habis karena ada orang yang curang, dia akan tetap menyisihkan setiap bulannya minimal Rp. 100.000, untuk tetap mengadakan warung kejujuran ini ada.Karena menurutnya sejak awal beliau sudah berniat menyisihkan uang sejumlah itu untuk menyediakan warung kejujuran itu. 

Hal kecil yang dilakukan oleh Pak Guntur mungkin tidak sehebat orang lain yang bisa melakukan sesuatu yang lebih hebat buat orang lain, tetapi niat baik Pak Guntur merupakan tauladan yang luar biasa dan bisa menginspirasi banyak orang untuk saling membantu. Yang sudah dia lakukan adalah mencerminkan moto hidupnya yang dia katakan bahwa, "Berbuatlah hal sekecil apa pun yang bermanfaat bagi orang lain". 








Kamis, 24 Juni 2021

Bertambah atau Berkurang Sama Saja


Saya pernah mendengar seseorang yang menyesali sebuah kejadian sehingga dia berucap, seandainya waktu bisa diputar kembali. Saya jadi ingat, kalimat tadi seperti pembelajaran grammar bahasa Inggris, yang dikenal dengan Conditional Sentences tipe dua atau tiga. Kalimat pengandaian yang tidak mungkin terjadi.

Kali ini saya hanya ingin merefleksikan sebuah perjalanan waktu mungkin hampir mirip dengan kalimat pengandaian tadi, di mana pada tanggal 19 Juni lalu, usia saya genap empat puluh delapan tahun. Alhamdulillah, sudah cukup tua dan hampir mencapai kepala lima. Kalau dilihat dari angkanya merupakan usia yang cukup matang, tapi kok saya merasa belum matang juga. Saya masih merasa muda dan tetap berjiwa muda. Bahkan saya masih ingin disebut sebagai anak milenial. Apakah ada yang salah dari saya? Tetapi itulah yang saya rasakan. Seandainya saja, waktu tidak begitu cepat berlalu. Tetapi semua itu sudah terjadi.

Seiring waktu berjalan, dan apabila saya menghitung, maka usia saya semakin bertambah dan menjadi semakin tua. Namun sebaliknya, maka jatah hidup saya untuk menghirup segarnya udara di dunia akan semakin berkurang. 

Katakanlah, jika seseorang yang sedang menanti hari ulang tahunnya, karena berharap akan dapat surprise dari orang terdekat, tentunya dia juga akan mendapatkan hadiah tambahnya usia yang sekaligus berkurangnya jatah hidup. Saya tidak akan memperdebatkan sebenarnya usia kita itu bertambah atau berkurang, karena sebenarnya sama saja. Yang penting bagi saya adalah segera melakukan perenungan diri tentang apa yang pernah saya perbuat dan capaian apa saja yang sudah pernah saya buat selama mengisi waktu yang sudah berjalan. Mungkin sekarang saya harus memikirkan tentang apa lagi yang harus saya lakukan untuk mempersiapkan waktu yang masih tersisa yang akan terus merayap hingga ke ujung masa tanpa terasa.

Dalam kehidupan nyata, kenapa saya mengatakan dalam kehidupan nyata, karena banyak dari kita yang kadang tidak bisa menerima kenyataan seperti saya, banyak orang sengaja menghindar ketika diajak bicara soal usia terkecuali bagi orang-orang yang sudah siap menerima kenyataan. Karena banyak kenyataan yang kadang harus kita tolak keberadaannya. Dan kita tidak perlu malu untuk menolak kenyataan kalau memang belum siap menerimanya. 

Dalam kehidupan nyata, saya ulangi lagi, kita sering disibukkan untuk hal-hal seperti berikut. Kenyataan bahwa rambut kita sudah mulai beruban hingga kita menjadi korban iklan product pewarna rambut. Kenyataan bahwa gigi kita sudah mulai tanggal lalu disibukkan dengan doker gigi dan pasang gigi palsu. Kenyataan badan sudah mulai melar lalu disibukan dengan diet ketat dan olahraga. Kenyataan keriput di wajah sudah mulai muncul hingga disibukan dengan produk kosmetik atau dokter kecantikan untuk menutupi kenyataan pahit yang menghiasi wajah. Dan disibukan-disibukkan kegiatan lain yang tentunya untuk mengingkari kenyataan bahwa kita sudah berumur. Mungkin tidak mengingkari kenyataan, karena manusia yang memiliki sifat struggle atau berjuang, tentu tidak akan diam dengan hanya menerima saja kenyataan pahit yang akan menimpanya, termasuk bertambahnya usia. Saya tidak menganggap kesibukan-kesibukan tadi sebagai tindakan yang salah apalagi melwan takdir, karena itu adalah wujud usaha sebagai ungkapan rasa bersyukur dan menyayangi diri kita. Kalau bukan kita sendiri siapa lagi? Mungkin itu ungkapan pembelaan bagi diri saya juga.

Kenyataan lain, banyak orang yang ketika ditanya berapa usianya cenderung untuk mengalihkan jawabannya atau menghindarinya. Atau kalau yang cerdas, akan berfikir dua kali untuk tidak menanyakan usia seseorang, karena tahu diri, atau memang etikanya seperti itu.

Setiap orang mempunyai cara tersendiri menanggapi persoalan waktu dan usia. Ada yang semakin tafakur dan berserah diri dengan melakukan banyak ibadah dan beramal jariah. Namun ada juga yang sebaliknya, mencari kesenangan atau mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya di usia tua. Kalau menurut saya semua itu sah-sah saja. Semua tergantung pilihan masing-masing. Saya tidak akan membebani pikiran saya sendiri juga mungkin anda. Karena saya dan anda sudah tahu jawabannya siapa diri kita masing-masing.


Juni 2021


Rabu, 16 Juni 2021

Memaknai Pancasila Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab







Dalam memaknai Pancasila sila kedua, saya akan sedikit merefleksikan beberapa peristiwa yang kerap terjadi di sekitar kita dari sebelum NKRI terbentuk hingga sekarang. Banyak peristiwa yang sudah terjadi dan hendaknya menjadi bahan perenungan kita bahwa masih banyak kejadian yang terlepas dari rambu-rambu yang diamanatkan dalam sila kedua Pancasila yaitu 'Kemanusiaan yang adil dan beradab.'

Semenjak wilayah nusantara ini masih dalam bentuk kerajaan-kerajaan, begitu banyak peristiwa yang mengorbankan jiwa akibat keegoan dan arogansi kepemimpinan pada masa itu di setiap kerajaan dalam memperebutkan wilayah masing-masing. Perang perebutan wilayah kekuasaan antarkerajaan dan bahkan perang saudara terjadi di mana-mana, katakanlah dari jaman Majapahit hingga jaman Mataram Islam dan seterusnya. Nilai-nilai kemanusiaan terasa lebih rendah dari sekedar kekuasaan, politik, dan kepentingan. Belum lagi munculnya para penjajah mancanegara yang bercokol di bumi nusantara dan ingin mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya. Korban masyarakat pribumi nusantara akibat penjajahan tidaklah sedikit dari peperangan hingga kerja paksa dan tanam paksa.

Setelah Indonesia merdeka pun masih kita catat banyak terjadi pemberontakan yang selalu berusaha untuk merobohkan pemerintahan Indonesia yang sah dan tentunya menimbulkan korban yang tidak sedikit. Penganiayaan terhadap saudara sendiri terjadi di mana-mana hanya karena berbeda paham atau organisasi. Dan puncaknya yaitu pada tahun 1965 terjadi pergerakan yang menyayat hati yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. 

Sekarang, di jaman yang sudah bisa dikatakan damai dari peperangan, masih pula sering terdengar pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang sering kita dengar di sekitar kita. Berita-berita tentang penindasan, kekejaman, perselisihan antar kelompok, tawuran, pembunuhan masih sering terjadi. Bahkan kasus demi kasus penistaan melalui sosial media sering terjadi pula di jaman yang sudah demikian modern dan damai ini dan tentunya berlawanan dengan makna sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Lalu, bagaimana cara kita untuk bisa menjunjung tinggi peradaban kemanusiaan sesuai dengan makna sila kedua Pancasila di jaman yang sudah modern ini?

Kalau dulu saya SD di tahun delapan puluhan, saya wajib menghafal 36 butir P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), dan itu tidak mudah bagi seorang siswa seperti saya untuk lancar menghafal. Begitu pula pada awal masuk SMP, sekolah wajib mengadakan penataran P4, mungkin kegiatan serupa di masa sekarang yang lebih dikenal dengan istilah MOS, MOPD, atau yang terbaru MPLS. Memang tidak bisa dikatakan bahwa menghafal P4 itu juga akan efektif sehingga siswa setelah menghafal, lalu bisa mengamalkannya, seperti dari kepanjangan P4 itu sendiri, karena jujur, dulu saya juga tidak begitu mengerti makna dari butir-butir yang saya hafalkan itu. Tetapi setidaknya, setelah dewasa, saya berfikir, bahwa kalau kita renungkan butir-butir P4 itu sebenarnya merupakan rumusan yang sangat luar biasa, kalau kita-benar-benar mau melaksanakannya. 

Berikut saya kutipkan 8 butir penjabaran dari sila kedua Pancasila:











  1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
  2. Saling mencintai sesama manusia.
  3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
  4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
  5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
  6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Dari delapan butir penjabaran sila kedua sesuai dengan P4, maka jika sebagian saja kita bisa menerapkan dalam kehidupan dengan sebenar-benarnya, bukan tidak mungkin tujuan dari para pemikir bangsa ini hingga mencetuskan dasar negara dalam bentuk rumusan Pancasila akan tercapai. Khususnya untuk sila kedua ini akan tercipta di mana kami akan saling menghargai hak-hak hidup sesama kita, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, tidak saling merendahkan, saling mencintai, saling membantu, dan menjujung keadilan. Betapa hidup ini akan tercipta perdamaian dan kedamaian hidup di negeri yang sudah merdeka ini.

Salam literasi

"Tulislah kegelisahanmu, sehingga semakin banyak orang gelisah setelah membaca tulisanmu"

#AISEIWritingChallenge

#HariKesaktianPancasila

#June2021Challenge






Minggu, 06 Juni 2021

Banyak Hal Terjadi setelah Gabung AISEI Writing Club - Part 2

Bapak Ibu guru penulis yang selalu luar biasa. 

Perkenankan saya melanjutkan ngudal rasa saya tentang banyak hal yang terjadi setelah gabung AISEI Writing Club ini. Kalau kemarin saya menulis banyak tentang keterlibatan Pak Toad Isbani sehingga saya terjangkit virus blogger, sekarang saya akan banyak bercerita tentang bagaimana saya mengawali ikut challenge bulan April dan dilanjutkan challenge bulan Mei.

Masih di April Challenge, tanggal 28 malam, saya harus menyelesaikan 2 artikel untuk saya share ke grup sebagai keikutsertaan challenge perdana dengan tema wanita dan keberhasilannya. Setelah bersemedi berjam-jam untuk mencari inspirasi, akhirnya saya menemukan juga sosok dua wanita yang mesti saya tulis. Setelah jadi tulisan mentah, saya revisi beberapa kali, saya beri judul Guru PNS yang Mantan TKW dan Dua Gadisku Belajar Online Sambil Mengasuh Balita akhirnya dua judul tulisan itu pun keluar dan langsung segera saya copy link dan kirim. Entah bagaimanapun isinya, saya beranikan sertakan tulisan saya itu. 

Tibalah saatnya malam pengundian. Ibu Amadea Sitorus mengumumkan di group dengan cara share video random wheel ke grup WA. Tak sabar saya play video dan jarum pada random wheel berhenti di link blogspot saya. Surprise malam itu tak tertahankan dan beberapa setelah itu ucapan selamat dari para anggota WAG yang juga belum saya kenal betul. Bahagia tak bisa tertahankan dan saya teriak-teriak di rumah kalau saya akan dapat buku. Alhamdulillah, my lucky day. Hehe.

Dan rupanya tidak hanya sampai di situ, ternyata tim AISEI meminta dari 2 tulisan yang dikirim itu untuk dipilih yang terbaik dan akan dipilih dan akan mendapatkan surprise pula. Akhirnya saya pilih salah satu judul yang menurut saya terbaik yaiu  Guru PNS yang Mantan TKW. Terpilih atau tidak, saya tidak ambil pusing, yang terpenting bagi saya adalah pengalaman mengikuti challenge yang membuat saya semakin tertantang untuk menulis lagi dan lagi. Dan tulisan terpilih akan diumumkan pada hari Selasa, 4 Mei 2021 pada acara menulis Cerita dan Tulisan Kami Bersama.


Selasa 4 Mei 2021 adalah hari pertama saya mengikuti kegiatan AISEI selain challenge. Betapa saya mendapatkan banyak ilmu dan selain praktek menulis langsung pada saat acara, saya juga banyak belajar teknik menulis bersama Mas Edy Zaqeus, writer, experienced writing coach, consultant, dan founder of Bornrich Consulting yang sudah menerbitkan banyak buku dan alhamdulillah, saya mendapat banyak asupan tentang bagaimana cara menulis essai dengan teknik MAS (Masalah, Analisis, dan Simpulan / Saran) yang tentunya teknik ini sangat penting bagi saya untuk membekali diri dalam menulis nanti. 

Selesai penjelasan dari Mas Edy Zaqeus, seperti janji Ibu Amadea Sitorus, bahwa akan diumumkan hari itu juga, challenge buat bulan mei dan tulisan pilihan bulan April. Sungguh diluar pemikiran, link blog saya muncul lagi di pengumuman itu bersama dengan tulisan Ibu E Hasanah. Kegembiraan yang tak terbayangkan. Tentunya bukan saja hadiahnya, tetapi best moment yang tak bisa terlupakan. Beberapa hari kemudian, setelah lebaran, Kurikulum Ngumpet karya Ibu Dr. Capri Anjaya yang luar biasa, mendarat ke Purwokerto. Benar-benar hadiah lebaran yang istimewa buat saya di awal gabung AISEI Writing Club.


May Challenge: Katamutiaraku

Memasuki Mei, May Challenge pun dibuka pada akhir acara menulis dengan Mas Edy Zaqeus, yaitu menulis kata Mutiara setiap Senin, Selasa, dan Rabu dengan pancingan satu kata lalu membuat sebuah kata mutiara karya sendiri. Yang saya rasakan selama mengikuti challenge bulan Mei ini bahwa saya merasa berubah menjadi seorang yang paling bijak, yang setiap hari kerjanya memotivasi orang dengan kata-kata bijak ciptaan sendir. Terasa aneh namun asyik. Tidak menyangka dengan pancingan kata seperti: kebahagiaan, impian, kesuksesan, gelombang, lingkungan, perjuangan, mentari, keberanian, harapan, maaf, sahabat, dan pendidikan, dua belas kata ajaib yang merubah saya menjadi orang bijak dan kreatif seketika. Ya, setiap hari saya berkutat dengan canva.com untuk membuat desain sederhana agar katamutiaraku menjadi tampil lebih indah. 

Ternyata saya tidak cukup puas dengan itu, setelah sekitar terkumpul sepuluh kata mutiara, saya ingin mencoba mengkompilasi poster kata mutara tadi menjadi sebuah slide show lewat google slide dan saya mencoba tutorial di youtube, cara menampilkan google slide di blogger, dan ternyata ada, dan saya berhasil menampilkan slideshow tersebut di blogspot.  Yang mau belajar, silahkan klik link tutorial you tube ini : Cara mudah menampilkan slide show di blogspot. Nah, sekarang tampilan blogspot saya sudah bertambah satu gadget lagi berupa slideshow dengan judul My Quotes yang menampilkan 12 kata mutiara hasil May Challenge. Keren kan?

Lalu, saya masih ingin mengabadikan hasil May Challenge itu ke akun youtube saya juga. Saya buat kompilasi 12 kata mutiara dalam bentuk poster dari Canva, jadilah sebuah video, dengan ditambahkan sedikit musik ringan untuk menambah suasana asyik saat membaca di video. Saya upload video katamutiaraku dari May Challenge ke akun youtube dan publish. Tak lupa saya share juga link youtube ke WAG AISEI ini. Bagi yang belum lihat silahkan klik link : https://www.youtube.com/watch?v=6AnA3mpcA-k  dan jangan lupa, klik like, subscribe, and share, he he he...

Tak ada yang tak indah rasanya untuk dikenang setelah gabung AISEI Writing Club. Nikmatnya masih terasa hingga sekarang dan saya semakin kecanduan, menulis dan utak-atik blog. Sebuah kalimat motivasi yang pernah saya baca dan sampai sekarang masih teringat yaitu kalimat magic dari Pak D Sus, kalau tidak salah, 'Menulis saja, ada yang baca maupun tidak tetaplah menulis.' Kata-kata ini sangat dalam menurut saya, karena selalu memprovokasi saya untuk tetap menulis dan share di grup, walaupun hanya satu dua orang yang komen, saya tak peduli. Selain kata-kata ajaib Pak D Sus tadi, saya juga belajar dari tagline di blog Om Jay, 'Menulislah Setiap Hari & Buktikan Apa yang Terjadi'. Kalimat ini juga selalu memacu saya untuk tetap menulis walau kadang masih ada hari yang terlewat tidak menulis. 

Dua kalimat pemicu dari para inspirator di AISEI ini benar-benar membuat jantung saya terus terbakar. Karena itu saya tergelitik juga untuk buat tagline seperti para inspirator di sini. Inilah tagline saya yang akan saya tampilkan di blog mulai Juni 2021, "Tulislah semua kegelisahanmu, sehingga semakin banyak orang gelisah setelah membaca tulisanmu." 


"Tulislah semua kegelisahanmu, sehingga semakin banyak orang gelisah setelah membaca tulisanmu." 





Memaknai Pancasila Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

 









Indonesia yang begitu luas dan meiliki keberagaman yang tak terbatas baik suku, budaya, adat istiadat, agama dan lain-lain yang berada dalam satu ikatan Bhineka Tunggal Ika, telah membentuk sebuah senyawa yang membentuk sebuah ruang berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam memaknai sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, warga negara Indonesai diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya sesuai kepercayaan yang dianutnya. Hal ini tentunya memberikan arti kepada seluruh warga negara Indonesia bahwa semua warga diberikan hak yang sama untuk dapat beribadah sesuai dengan agama masing-masing dan dapat melakukan kegiatan keagamaan seperti merayakan hari-hari penting agamanya.

Dalam tulisan ini saya akan memaknai sila pertama ini ke dalam beberapa sikap tertentu yaitu:

Sikap Individual 
Dalam sikap ini, pemeluk agama tentunya akan memiliki komitmen untuk bisa melaksanakan semaksimal mungkin kegiatan peribadatan sesuai dengan tuntunannya masing-masing. Begitu pula tempat ibadah yang digunakan sudah sesuai dengan tempat masing-masing yang sudah mereka sediakan dan tentunya tidak dapat digunakan oleh agama lain untuk melakukan peribadatan. 

Sikap toleran
Sikap toleren yang dimaksud adalah sikap di mana pemeluk suatu agama terhadap pemeluk agama lain akan memberikan ruang yang nyaman seperti sikap tidak ikut mencampuri, mengganggu, apalagi memberikan terror yang dapat memecah belah kerukunan dan persatuan bangsa yang beragam ini. Sikap toleran adalah sikap saling menghargai antarsesama pemeluk agama dan tidak mencampuri aktifitas ibadah maupun kegiatan keagamaan agama lain.

Sikap Peduli
Sikap peduli ini dapat ditandai bahwa walaupun kita berbeda agama yang tentunya memiliki perbedaan dalam tata cara beribadah dan tata cara perayaan hari penting agama, tetapi dalam hubungan sosial kemanusiaan tentunya kita tidak akan melihat perbedaan itu. Kita tetap saling membantu sesama manusia dalam konteks kehidupan sosial di mana kita tidak akan bisa lepas dari uluran tangan orang lain seutuhnya. Hal ini akan ditemukan ketika pada sebuah daerah di mana hanya tinggal dari sekelompok agama tertentu misalnya, dan mereka tanpa kita duga mendapatkan bencana atau musibah, tentunya kewajiban kita sebagai mahluk sosial tidak bisa akan melepaskan begitu saja hanya karena kita berbeda agama. Atau bahkan ketika negara ini sedang mendapat ancaman dari negara lain misalnya, maka semua warga negara dan tanpa melihat apa pun agamanya, akan bersatu padu untuk membelanya.

Sikap Bertanggungjawab
Sikap bertanggungjawab akan dapat dilihat dari bagaimana kita mampu menempatkan diri sebagai manusia yang mampu berperilaku sebagaimana mahluk yang beragama. Dan setiap agama mengajarkan bagaimana kita dapat beribadah terhadap tuhannya dan berbuat baik terhadap sesamanya dan semua ciptaan tuhan. Tentunya dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, kita akan mempertimbangkan apakah perbuatan yang sudah kita lakukan sudah mencerminkan bahwa kita sudah bertanggungjawab atau belum sebagai manusia yang beragama. Jika kita semua menyadari akan hal ini, tentunya akan terjadi keseimbangan dalam tatanan kehidupan manusia dalam sebuah negara bahkan akan tercapainya perdamaian dunia. 

Tentunya berbagai pendapat dan cara pandang kita dalam memaknai sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang merupakan sila pertama Pancasila ini akan berbeda dan beragam, namun sedikitnya ulasan di atas akan dapat menjadi bahan perenungan kita untuk dapat bersikap sehingga akan tercipta tujuan dasar negara kita ini.


#HariKesaktianPancasila

#AiseiWritingChallenge

#Juni2021Challenge




Kamis, 03 Juni 2021

Banyak Hal Terjadi setelah Gabung AISEI Writing Club - Part 1

 Teman Baruku, Mentorku

Teman-teman guru blogger yang selalu luar biasa. Ijinkan saya untuk berbagi rasa setelah kurang lebih satu bulan bergabung di AISEI Writing Club, khususnya di WAG. Waktu itu 24 April 2021, beberapa hari setelah kita memperingati hari lahir RA. Kartini di tahun ini, saya bergabung di WAG AISEI Writing Club2. 

Tentunya bukan tanpa sebab dan tiba-tiba saja saya berada di group AISEI Writing Club ini. Berawal dari ajakan di WA group guru sekolah saya yang dishare kepala sekolah kami, Mr.David Ludiranto. Sebenarnya saya sering juga mendapat invitation untuk mengikuti grup menulis sebelumnya, tetapi saya belum memberanikan diri untuk ikut, tentunya karena berbagai alasan yang menjadi pertimbangan untuk menunda dan memutuskan untuk tidak gabung.

Saya merasakan sebuah perbedaan di AISEI ini, sehingga saya merasa ingin segera bergabung. Hal ini tentunya karena saya pernah mendengar nama AISEI yang disampaikan dalam acara Professional Development yang diselenggarakan sekolah. Saya tergerak untuk bergabung dan ingin segera menggerakan kembali jari-jemari tangan saya untuk merangkai kalimat yang dulu pernah saya gerakan hingga menerbitkan buku. Sudah cukup lama, hampir 3 tahun saya vakum tidak menulis. Tentunya alasan klasik, seperti sibuk dan malas yang sebenarnya itu bukan alasan yang mendasar. Mungkin saya butuh dirangsang dan dimotivasi oleh sebuah tantangan sehingga keinginan menulis bisa muncul kembali.

Setelah berada di WAG AISEI, saya mencoba mengamati aktifitas apa yang ada di dalam grup itu. Saya melihat beberapa anggota grup mebagikan link blog masing-masing dan saya mencoba membuka dan menelusuri tulisan-tulisan mereka. Banyak sekali ragamnya dan tulisannya sudah sangat bagus. Ada yang menuliskan kisah pribadinya, kegiatan sehari-hari di sekolahnya, ada yang sekedar sharing apa saja. Sungguh luar biasa para anggota AISEI Writing Club ini, saya pikir. Seperti biasa, ada rasa minder dan hati-hati saya untuk melangkah.  Namun ada hal menarik yang saya coba amati, ternyata ada tantangan menulis yang sedang berjalan di bulan April dengan tema menulis wanita dan keberhasilannya. Serasa ingin mengikuti challenge itu tapi saya belum berani. Lalu tanggal 27 April malam, saya mencoba memberanikan diri untuk memperkenalkan diri di grup dan mendapatkan tanggapan dari beberapa anggota AISEI atau mungkin tim AISEI saya tidak begitu mengerti.


Paginya, 28 April sekitar pukul 11, sesuatu tak terduga terjadi. Saya mendapatkan pesan WA dari Pak Toad Isbani dan saya tahu nama ini ada di grup WA tersebut. Beliau menawarkan bantuan tentang menulis di Grup Writing Club ini dan dengan kerendahan hatinya mengajak saya untuk ikut challenge April tersebut. Menurutnya, kita ada tantangan menulis di setiap tanggal ganjil dan selasa depan akan diundi. Sementara bulan April sudah mau habis, Pak Toad mendorong saya untuk menulis untuk tantangan tanggl 27 dan 29 sekaligus. Dua artikel dalam 2 hari harus selesai. Saya pun nekad untuk ambil tantangan ini.

Kembali ke Pak Toad, betapa saya seolah mendapat kawan bermain setelah beberapa hari gabung di AISEI dan saya seperti tidak tahu mau ngapain. Lalu, Pak Toad memang benar-benar saya ajak bermain. Pak Toad menawarkan bantuan untuk sekedar sharing ngeblog. Setelah agak lama mengobrol, langsung saja saya tembak Pak Toad dengan berbagai pertanyaan seputar tampilan blog. Saya memang sudah agak lama kepo dengan tampilan blogspot saya yang monoton. Karena saya melihat tampilan blogspot Pak Toad dan beberapa blogger lain juga lebih menarik, ada menu-menu yang ngelink ke postingan. Dalam hati, saya ingin sekali membuat tampilan blog yang seperti itu, dan tanpa malu-malu saya tanyakan semua ke Pak Toad, teman bermain sekaligus mentor saya di AISEI. 

Dan alhamdulillah, Pak Toad memang orang yang sangat rendah hati, suka membantu, dan suka berbagi ilmu. Beliau menjelaskan tentang tampilan blog yang bermenu-menu dan ngelink tersebut, ternyata bukan berbayar seperti yang saya duga sebelumnya. Pak Toad menceritakan pengalamannya bahwa beliau menggunakan blogspot sederhana seadanya dengan thema yg disediakan dan terbatas sejak 2010 sampai sekitar 2015 an, terus mulai mengambil template dan mencari di google template blogspot gratis dengan mengkopikan skripnya ke html blogspot. Tetapi katanya masih monoton dari tamplate saja, lalu sejak 2019 akhir beliau sedikit merubah tampilan dari template dan menyempurnakan sesuai keinginan dengan membaca-baca tutorial di google juga dan mengimplementasikannya. Mendengar penjelasan ini, saya langsung berfikir untuk mengikuti jejak Pak Toad, mencari template blogspot di internet, mendownload dan mencoba baca-baca tutorial juga. Yang paling menarik adalah bahasa html atau coding yang sering saya dengar tetapi tidak mengerti sama sekali istilahnya apalagi penggunaannya.

Banyak hal baru dan menarik dari mempelajari template yang sudah saya download ini. Sedikitnya, saya harus nguprek template beserta tutorial yang agak rumit tentang html dan bagaimana cara switch html yang ada di template blog bawaan dan template baru yang lebih kece itu. Semua permasalahan saya adukan ke Pak Toad dan kadang ke youtube tutorial. Dan akhirnya, tampilan blog saya sudah banyak perubahan setelah mendapat bimbingan yang luar biasa dari Pak Toad dan dari Youtube tutorial. Saya yang tadinya kepo untuk membuat menu di blogspot, sekarang walaupun masih sangat minim pengetahuan saya, setidaknya saya sudah bisa merubah nama menu dan membuat link ke postingan blog saya dan tampilan blogspot saya sekarang sudah banyak perubahan dan saya masih akan terus belajar untuk banyak hal.

Masih ada banyak hal yang terjadi setelah gabung AISEI Writing Club ini yang belum sempat saya ceritakan yang lebih seru dan mendorong semangat saya untuk menulis.

Terimakasih AISEI. Terimakasih Pak Toad Isbani. Terimakasih teman-teman guru penulis semua, para mentor dan para pakar menulis yang ada di AISEI Writing Club ini. Kalian semua menjadi inspirator saya. Semoga teman-teman semua berkenan membaca tulisan ini dan bersedia membaca lanjutannya di Banyak Hal Terjadi setelah Gabung AISEI Writing Club2-Part 2.

(Bersambung)



Selasa, 25 Mei 2021

My Quotes : Kesuksesan



 "Meraih kesuksesan seperti meniti anak tangga yang harus dilalui satu persatu dan kadang berhenti untuk menghela nafas dan membiarkan orang lain lewat terlebih dahulu hingga akhirnya mencapai puncaknya"

#AISEIWritingClub
#Katamutiaraku
#Day9WritingChallenge

Sabtu, 22 Mei 2021

Problema Anak Tengah, Middle Child Syndrome


“Children are our most valuable resource.” – Herbert Hoover

Kali ini aku akan mencoba sedikit bercerita khusus tentang anak-anakku, khususnya anak keduaku. Bukan karena dia begitu spesial bagiku karena semua anak-anakku memang sangat spesial. Banyak hal yang membuat kami terus belajar dari setiap kejadian dalam mendidik dan membesarkan mereka. 

Suatu pagi, sewaktu aku sedang rapat verifikasi soal via zoom, tiba-tiba anak keduaku keluar dari kamarnya dengan muka seperti ketakutan dan mengeluh sesak nafas. Lansung saya off camera dan meminta dia duduk di kursi di depanku. Dengan sigap aku mencari semacam minyak telon atau kayuputih untuk sekedar dioleskan di telapak tangannya atau pun kakinya sambil dipijit-pijit. Yang dia butuhkan adalah ketenangan, kenyamanan, bahkan sentuhan sehingga ketika dioleskan minyak tersebut dia akan merasakan sentuhan yang memberikan ketenangan. Aku hafal betul dengan kondisi anakku karena kejadian seperti ini bukan yang pertama kali terjadi.  Aku ajak dia senyum sambil mengelus tangannya dengan minyak  dan aku suruh dia duduk tegak dan sedikit-sedikit tarik nafas. 

Perlahan-lahan aku masuk ke alam pikirannya dengan memberikan bisikan kata yang menenangkan di dekat telinganya bahwa semua akan baik-baik saja. Semua orang punya masalah dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. 

Selama ini dia sering merasa bahwa dia mempunyai banyak masalah, selalu menjadi beban keluarga dan memiliki sifat lebih jelek dibandingkan saudara-saudaranya. Tetapi aku selalu menjelaskan padanya bahwa setiap anak memiliki keistimewaannya masing-masing, begitu pula kelemahannya. Aku bilang bahwa dari keempat-empatnya anakku tidak ada yang terlahir dengan sifat dan karakter yang jelek saja maupun baik saja. Semua anak dilahirkan dengan berbagai karakter yang diturunkan dari kedua orang tuanya dan bahkan mungkin membawa sifat kakek dan neneknya. Jadi sudah dipastikan masing-masing anak memiliki kelebihan dan kekurangan sama seperti karakter manusia pada umumnya.

Selain dari sudut genetika, ada juga karakter yang dibentuk dari pendidikan orang tua dan lingkungan di mana dia berada dan bersosialisasi. Pengaruh lain juga dari kondisi sosial ekonomi orang tua saat dilahirkan dari anak pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang berbeda-beda. Sebagai latar belakang keluargaku yang dari merangkak hingga jongkok lalu berdiri, tetunya membawa pengaruh penting bagi setiap anak yang dilahirkan. Karena hampir bisa dipastikan bahwa setiap kelahiran anak-anakku memiliki background kondisi yang berbeda-beda. 

Anak pertamaku yang lahir di saat jaman krisis moneter di tahun 1998 dengan kondisi ekonomi keluargaku yang saat itu juga tidak menentu, tentunya kondisi ini yang memprihatinkan dan banyak sekali keterbatasan. Namun sebagai anak pertama laki-laki yang terlahir sangatlah ingin memberikan yang terbaik bagi anak pertama ini. Walaupun mungkin segala kebutuhan tidaklah bisa terpenuhi, tapi kami sebagai orang tua mengingnkan anak ini untuk mendapatkan sesuatunya sesuai kebutuhanya. 

Berbeda dengan anak kedua, yang kebetulan perempuan. Anak kedua kami lahir selang 4 tahun dari kelahiran kakaknya. Hadirnya bayi perempuan di keluarga kami menjadi pelengkap kebahagiaan setelah anak pertama terlahir laki-laki. Seandainya anak kami cuma dua, maka lengkaplah dengan sepasang anak laki-laki dan perempuan. Begitu pula kondisi ekonomi keluarga juga sudah meningkat setapak lebih baik dari kelahiran anak pertama. Walaupun tidak semua kebutuhan dapat terpenuhi, namun setidaknya sudah lebih baik pada kondisi anak kedua ini lahir. Hal ini tentunya banyak faktor yang membentuk karakternya pula.

Tetapi permasalahan lain muncul ketika empat tahun kemudian lahirlah anak kami yang ketiga, dan perempuan. Anak kedua kami yang berumur empat tahun harus mempunyai seorang adik perempuan. Hal ini bisa menjadikan sebuah kebaikan buat sang kakak, namun juga bisa sebaliknya. Baiknya, ketika si adik bisa menjadi teman bermain yang satu gender dengan kakanya. Mereka bisa bermain bersama dengan mainan yang sama. Atau mereka bisa bermain peran dalam permainannya dengan menggunakan pakaian perempuan dalam sebuah drama-dramaan anak-anak. Namun ketika mereka sedang tidak bisa bermain bersama, justru persamaan gender dengan usia yang berbeda juga bisa menimbulkan masalah baru. Persaingan dalam hal mainan, pakaian, perhatian pada orang tua dan tentunya sang kakak akan merasa tersisih dalam hal perhatian. Ketika suatu saat sang adik dibelikan mainan baru atau pakaian baru sedang sang kakak tidak, malapetaka bisa terjadi. Kalaupun kami berdalih bahwa, 'dulu waktu kamu kecil, kamu juga dibelikan mainan yang sama, atau pakaian yang sama seperti adikmu,' tapi tentunya dia sudah lupa dan tidak mau mengerti. Menurutnya, kita sebagai orang tua telah berlaku membeda-bedakan. Mungkin itu yang dinamakan middle child syndrome.

Menurut artikel yang saya baca dari https://id.theasianparent.com/middle-child-syndrome  bahwa anak tengah akan mengalami middle child syndrome karena orang tua lebih memperhatikan anak sulung dan memanjakan anak bungsu. Sebagai pelampiasan dari rasa diabaikan tersebut, anak tengah akan memiliki kecenderungan untuk berulah. Membaca ini, aku lantas berfikir apakah kami sebagai orang tua sudah memperlakukan anak kedua kami tersebut seperti itu? Kami mencoba merefleksikan diri apa yang sudah kami lakukan selama ini. Sebagai orang tua, kami merasa sudah semaksimal mungkin berlaku adil pada anak-anak dan sesuai porsinya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan baik anak sulung, anak kedua, ataupun anak bungsu. Tapi itulah yang terjadi seperti yang disampaikan oleh artikel itu, mungkin secara tidak sadar, kami melakukan itu, lebih memperhatikan si sulung dan memanjakan si bungsu, walaupun itu terdengar terlalu kasar. 

Kemabali ke anak keduaku, yang sementara kami sebut sebagai anak tengah, karena anak keempat lahir setelah anak ketiga kami berumur 10 tahun. Jadi bisa dikatakan, karakter anak kedua kami menjadi anak tengah sudah terbentuk sebelum si anak keempat kami lahir.

Kalau berkaca pada artikel di atas, ada hal yang menghawatirkan yang menyelinap di dadaku. Apakah betul nantinya anak kami tersebut akan benar-benar berulah? Tetapi saya paham betul perkembangan anakku. Justru dari sifatnya yang memiliki kepekaan lebih itulah terlihat ada hal-hal positif yang muncul. Dia cenderung ingin memperhatikan lebih pada orang lain dibandingkan pada dirinya sendiri. Untuk itu dia sebenarnya memiliki keistitimewaan yang bisa dijadikan bekal di masa mendatang. Kami harus optimis dengan keadaan anak tersebut. 

Dalam perilaku yang dapat diamati setiap hari, dia sering tidak tega melihat orang lain menderita termasuk terhadap binatang sekali pun. Hal inilah yang justru menjadi strength buat dia. Walalupun kepekaannya yang berlebih kadang membuatnya kurang mempedulikan dirinya sendiri dan sering menjadi gelisah hingga menangis. Di situlah tantangan kami untuk bisa membesarkan hatinya dan tetap optimis menghadapi masa depannya.  

Hanya dibutuhkan kelembutan dan ungkapan-ungkapan positif yang membukakan pikiran sehingga dia akan semakin membaik. Mungkin sedikit keterbukaan bahwa pada saat tertentu dia merasa resah dan gelisah yang kadang tidak jelas apa penyebabnya. Bahkan suasana sendu dari sebuah alunan musik pun bisa membuatnya menangis tanpa sebab. Hal itu sering diungkapkannya dan kami orang tua cukup tahu saja kalau dia sedang mengalami seperti itu. 

Begitu banyak peristiwa yang terjadi selama mendidik anak-anak sendiri di rumah. Semua orang tua atau pun keluarga pasti pernah mengalaminya dan tentunya dengan kisah problema yang berbeda. Tetapi tentunya kita bisa belajar dari semua peristiwa dan keistimewaan-keistimewaan yang ada pada anak-anak kita. Karakter yang tampak pada anak-anak kita merupakan sebagian besar olahan dan ramuan kita dalam mendidiknya sejak kecil. ayosugiryo.blogspot.com

 #FromHomeWithLove