“Speak to your children as if they are the wisest, kindest, most beautiful and magical humans on earth, for what they believe is what they will become.” _ Brooke Hampton
Mungkin anda pernah menjumpai pembicaraan seperti ini. “Anak saya tuh yang pertama persis seperti bapaknya, diem, ga banyak bicara. Kalau ditanya saja baru njawab. Tapi dia tuh pinter kaya aku, ibunya.” Mungkin ini adalah salah satu contoh random talk yang pernah kita jumpai pada setiap pertemuan antar ibu-ibu.
Ada pendapat bahwa anak tidak pandai berkomunikasi karena memang sudah wataknya, keturunan bapaknya, atau sudah bawaan sejak lahir. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa keterampilan berkomunikasi itu bisa dilatih.
Bahkan ada mitos yang sering saya dengar bahwa sering-seringlah mengajak berbicara si kecil semasa masih di kandungan ibunya agar ketika lahir nanti si bayi bisa langsung berbicara, tentunya bukan, agar si anak besar nanti memiliki ketermapilan komunikasi yang baik. Tidak perlu diperdebatkan bahwa mitos ini bisa dibuktikan atau tidak. Tentunya ini adalah upaya besar dari orang tua untuk dapat memiliki anak yang bisa berkomunikasi dengan baik.
Ironisnya, orang tua selalu berjuang keras untuk melatih anaknya berbicara sejak mereka masih bayi. Tetapi jangan heran kalau anak menjadi besar dan sudah lancar berbicara, orang tua sering tidak mengajaknya berbicara. Banyak anak remaja menjelang dewasa yang bilang, “ Saya ngga punya teman ngobrol di rumah. Ayah ibu sibuk.”
Nah, kalau sudah begini, jangan salahkan si anak kalau anak kita itu pendiam, tidak punya inisiatif untuk berbicara, tidak percaya diri untuk memberikan pendapat dan semacamnya. Sepertinya ada yang salah sama kita para orang tua. Di saat anak tumbuh dewasa dan membutuhkan banyak perhatian dalam bentuk obrolan, kita orang tua lupa akan tugas kitauntuk sedikitnya mengajak mereka berbicara.
Baiklah, lets bygone be bygone. Kita tidak perlu meratapi yang sudah terjadi. Sekarang sering-seringlah mengajak bicara anak dengan tema apapun. Ada yang bilang, canggung mengajak bicara sama anak-anak. Atau ada yang kita saja yang ingin didengarkan tanpa mau mendengarkan mereka berbicara. Woi! Mereka anak anak kita lho. Siapa lagi kalau bukan kita yang peduli? Marilah kita perbaiki.
0 comments: